La Capila: Berteguh Dalam Keyakinan

[14.06.2019] Berteguh Dalam Keyakinan
.
Arti perkata: Mau (walau) / telleng (tenggelam) / salompé'na (anjungannya) /
Na (apabila) iyyamo (ini dia) lopié (perahunya) / Tunru'ka' (aku patuh) / nalureng (jadi penumpang)
.
Galigo ini menggunakan kata yang tak membutuhkan interpretasi konotatif. Setidaknya, hanya kata salompé'/salompo/salampé' yang tidak lagi digunakan dalam keseharian seiring memudarnya kebiasaan melaut masyarakat Bugis.
.
Bila ditilik berdasar arti perkata, galigo ini berarti: Meski telah terendam anjungannya, aku akan tetap bersetia untuk berada di atas perahu ini. Walau demikian, sebagai sebuah stanza, galigo ini pun mengandung makna interpretatif.
.
Secara sederhana, galigo ini adalah ungkapan kesetiaan dan komitmen untuk berteguh pada warekkeng (pegangan), buhul yang kukuh. Bukankah ini serupa dengan perkataan Sang Nabi, "berpeganglah pada agama ini, meski kau harus memakan urat kayu."
.
Demikianlah kiranya, orang Bugis tak akan bergeser dari sesuatu yang telah ditetapinya sebagai kebenaran, atau dipilihnya menjadi keyakinan. Inilah yang disebut toddo' puli. Ibarat paku yang dipasang mati, kecil kemungkinan mencabutnya kembali.
.
Galigo semakna, dengan idiom serupa bisa dilihat pada stanza berikut:
Mauna ri cappa' sompe' (8)
Ri munri pallajareng (7)
Rékko tonang mua' (6)
.
Secara perkata: Mauna (Walaupun) / ri cappa' (di ujung) / sompe' (layar) / Ri munri (di belakang) / pallajareng (tiang layar) / Rékko (apabila) tonang mua' (aku naik).
.
Saking pentingnya bergabung dalam kafilah kebenaran yang diibaratkan sebagai perahu layar, maka walau sekadar di ujung kain layar sekalipun, atau di balik tiang layar, tiadalah mengapa.
.
Demikianlah orang Bugis menegaskan komitmennya.
.
#galigo #galigobugis #bugis #bone #soppeng #wajo #barru #pinrang #luwu #sinjai #sajak #elong #sastra #sastradaerah #lagaligo #bugismilenial

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama