Menulislah Dengan Nama Tuhanmu


[16.04.2022] Adalah Raja Ali Haji bin Raja Ahmad Haji, seorang Pahlawan Nasional Dalam Bidang Bahasa, dalam mukaddimah Kitab Bustanu al-Katibin li’s-Sibyan al-Muta’allimin (Kitab Perkebunan Jurutulis bagi Kanak-kanak yang Hendak Belajar), yang selesai ditulisnya pada (1267/1850), menegaskan superioritas kalam di atas pedang. 

Ulama dan sejarawan abad 19 keturunan Bugis - Melayu kelahiran Pulau Penyengat, Kepulauan Riau, sekira tahun 1808 percaya betul, betapa segores kata gubahan kalam, bisa mengubah arah torehan pedang. Itu berarti, mampu mendesain bagaimana kebudayaan ditata dan seperti apa peradaban ditubuhkan. 

Bacalah, Raja Ali Haji telah menggubah kalimatnya dengan indah, ‘Segala pekerjaan pedang itu boleh dibuat dengan kalam. Adapun pekerjaan kalam itu, tiada boleh dibuat dengan pedang. Dan beberapa ribu dan laksa pedang yang sudah terhunus, dengan segores kalam jadi tersarung’. 

Seakan, pujangga abad 19 ini mengingatkan kita bahwa betapa pentingnya menguasai kemampuan tata bahasa, dan betapa dahsyatnya kekuatan tulisan. Dalam Kitab Bustanu al-Katibin, Raja Ali Haji mengingatkan bahwa kesadaran literasi harus ditanamkan sejak masa kanak-kanak atau usia belia. 

Patuah Raja Ali Haji ini selaras dengan kalimat-kalimat pertama dari Allah Swt. yang disampaikan kepada kekasihNya, Muhammad saw. saat bersepi - sunyi di gua Hira. Saking dahsyatnya makna kalimat pintas yang harus dibacanya, Al Musthafa hingga menggigil dan tertekan sedemikian rupa. 

Bagi yang muslim, tentu juga sudah sering mendengar, bahkan mendaras larik-larik suci yang bertajuk Surah Al Alaq (96) dimaksud. Meski memang, biasanya titik tekannya diletakkan pada persoalan membaca, belajar, atau ber-iqra. 

Coba perhatikan ayat pertama yang sangat populer itu ‘Bacalah dengan (menyebut) nama Rabbmu Yang menciptakan’ (QS. 96:1). Allah Swt. menginstruksikan kita untuk senantiasa membaca, membaca yang didahului dengan menyebut namaNya yang indah, asma al husna. 

Padahal, ada sebuah aktivitas lain yang dicontohkan Allah Swt. dan sangat layak ditadabburi dalam ayat selanjutnya. Penggalan kalimat yang kadang kita lalai meniliknya dengan lebih dalam. ‘Bacalah, dan Rabmulah Yang Paling Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam’ (QS. 96:3-4). 

Dengan gamblang Allah Swt. memaparkan bahwa Dia yang memerintahkan kita membaca, pada saat yang sama, menyiapkan bahan bacaan, mengajar manusia melalui kalam, melalui pena, melalui alat tulis. Itu berarti bahwa Allah Swt. mewanti-wanti bahwa aktivitas 'allama bi al qalam' tak kalah pentingnya dengan ber-iqra. 

Mengapa Allah menggunakan kalam? Buat apa Allah menulis? Dengan jernih al Quran menerangka, ‘Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya’ (QS. 96:5). Ini bermakna bahwa dengan menulis, manusia tercerahkan, mendapatkan petunjuk agar mampu menelisik kebenaran dan menyelisihi kesesatan. 

Maka mengambil peran sebagai penulis adalah berarti berani menempatkan diri menjadi wakil, menjadi khalifah Allah Swt. dalam menggunakan kalam dan memberikan pencerahan kepada sesama manusia, menuntun dari kegelapan pemahaman ke dalam benderang pengertian. 

Dalam Gurindam Dua Belas, puisinya yang usai ditulis pada 23 Rajab 1263 H atau 1847 M dan terbit melalui Tijdschrft Van het Bataviaasch Genootschap No II, Batavia dalam huruf Arab pada tahun 1854, Raja Ali Haji menggubah dua kalimat di awal fatsal 5 dengan begitu indah: Jika hendak mengenal orang berbangsa / Lihat kepada budi dan bahasa //

Seakan Raja Ali Haji berdiri di hadapan kita dan mengamanatkan Kalimat tersebut. Penggal-penggal diksinya seperti bergema di rongga dada, menjadi gerinda yang menajamkan semangat untuk terus menulis, serta mengasah pena batinku untuk senantiasa mengguriskan kata dan merangkai kalimat. 

Selaras dengan itu, guru bangsa Tjokroaminoto dalam berbagai kesempatan, meneriakkan dengan lantang, 'Jika kalian ingin menjadi pemimpin besar, menulislah seperti wartawan dan bicaralah seperti orator'. Bukankah itu merupakan pilihan yang demikian mulia dan terhormat? Maka berbanggalah mereka yang merengkuh amanah ini dengan penuh kegembiraan.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama