[15.08.2011] Dalam Al Qur’an Surah Muhammad [47] ayat 22 dan 23, Allah swt memberi peringatan, “Maka apakah sekiranya kamu berkuasa, kamu akan berbuat kerusakan di bumi dan memutuskan hubungan kekeluargaan? Mereka itulah orang-orang yang dikutuk Allah: lalu dibuat tuli (pendengarannya) dan dibuat buta penglihatannya”.
Selasa sore, 09 Agustus 2011 menjadi saksi bahwa kekuasaan tidak selamanya menjadikan seseorang untuk membuat kerusakan dan memutuskan hubungan kekeluargaan. Setidaknya, hal tersebut terbukti pada diri ayahanda Prof. Dr. H. Aminuddin Salle, SH., MH., meskipun beragam amanah tersampir di pundak dan beraneka kuasa tergenggam di tangan, beliau tetap menjadi ayah yang santun bagi anak-anaknya dan kakek yang penyayang bagi cucu-cucunya.
Selepas berbuka puasa dan sholat maghrib berjama’ah sore itu, beliau menyempatkan diri untuk terlibat langsung dalam prosesi sederhana peringatan hari ulang tahun pertama dari cucu beliau, Muhammad Dzaki Yusuf Apriadie. Cucu yang berhasil menyandang nama ‘Yusuf’, nama yang begitu dikagumi oleh beliau.
Tanpa canggung, beliau memimpin pembacaan do’a yang berisi pengharapan baik bagi cucu tercinta, Yusuf. Setelah itu, beliau juga ikut bernyanyi bersama cucu-cucunya, dan “...panjang umurnya, panjang umurnya, panjang umurnya serta mulia....” teralun lembut langsung dari mulut beliau.Tak berakhir disitu, beliau masih juga berjibaku dengan cucu-cucunya pada prosesi pemotongan kue tart ulang tahun si Yusuf tercinta.
Kami yang hadir saat itu, ikut merasakan kehangatan sebuah keluarga yang tercipta dengan spontan dan tanpa rekayasa. Sesuatu yang sudah cukup langka di tengah masyarakat yang kian hedonis dan individualis. Kehangatan itu dilengkapi dengan hidangan makan malam berupa gulai rusa. Gulai yang berasal dari seekor rusa yang disembelih sendiri oleh kedua belah tangan beliau.
Kelezatan gulai rusa tersebut kemudian menjadi berlipat karena tidak hanya dibumbui oleh bumbu gulai sebagai mana biasanya, tapi dilengkapi dengan bumbu cinta kasih dan rasa sayang, serta dimasak dengan penuh perhatian dan ketulusan dari Ibunda Hj. Suryana A. Salle, SH., MH., istri beliau. Jadilah makan malam itu menjadi demikian nikmat.
Menyaksikan harmoni keluarga yang terpapar di depan mataku itu, diam-diam aku teringat dengan sebuah hadits qudsi yang melaluinya Allah swt berfirman, “Akulah Yang Maha Pengasih [Ar Rahim], Akulah yang menciptakan tali kekeluargaan dan Aku berikan namaKu kepada kekeluargaan dengan namaKu sendiri”.
Dalam hadits qudsi tersebut, Allah swt mengatakan bahwa yang namanya keluarga, identik dengan kasih sayang [Ar Rahim] yang berasal dari nama Allah swt sendiri, Yang Maha Pengasih [Ar Rahim]. Itulah mengapa, mereka yang memutuskan tali kekeluargan sama dengan memutuskan kasih sayang Allah. “Mereka itulah orang-orang yang dikutuk Allah: lalu dibuat tuli (pendengarannya) dan dibuat buta penglihatannya (Q.S. Muhammad [47] : 23).
Membina hubungan silaturrahim serta menyimpul erat ikatan kasih sayang dengan penuh kekeluargaan, sangat dekat dengan derajat takwa. Allah memulai Surat An Nisa dengan seruan untuk bertakwa dan memelihara hubungan silaturrahim, hubungan kekeluargaan yang penuh kasih-sayang, “.....Bertakwalah kepada Allah yang dengan namaNya kamu saling meminta, dan (perliharalah) hubungan kekeluargaan (Q.S. 04 : 01)”.
Sore itu, ayahanda Prof. Dr. H. Aminuddin Salle, SH., MH. telah memperlihatkan memperlihatkan kepada kami dengan gamblang bahwa hakikat sebuah keluarga adalah kasih-sayang. Beliau tidak hanya menyampaikan melalui perkataan, beliau memperlihatkannya melalui tindakan nyata. Beliau telah menjadi guru yang tidak menggurui, bukankah pelajaran terbaik adalah keteladanan?
Bagiku, beliau adalah sosok ulul albab, istilah yang digunakan oleh Al Qur’an bagi mereka yang menggunakan akal fikirnya. Tapi ini bukan hanya karena jenjang pendidikan tinggi dan perolehan gelar akademik yang beliau miliki, bukan pula karena beragam penelitian yang beliau lakukan, sekali lagi bukan!
Sebagaimana kata Al Qur’an dalam Surah Ar Ra’d ayat 19, “Maka apakah orang yang mengetahui bahwa apa yang diturunkan Tuhan kepadamu adalah kebenaran, sama dengan orang yang buta? Hanya para ulul albab saja yang dapat mengambil pelajaran”. Siapakah ulul albab itu? “...dan orang-orang yang menghubungkan apa yang diperintahkan oleh Allah agar dihubungkan... (Q.S. Ar-Ra’d [13] : 21)”
Ya, salah satu karakteristik mereka yang menggunakan akal fikirnya, ulul albab menurut Allah swt. melalui Al Qur’an mulia, adalah mereka yang menghubungkan tali silaturrahim, yang membina pertautan hati, yang melimpahkan kasih sayang dalam keluarga, yang memupuk rasa kekeluargaan. Dan bagiku, ayahanda Prof. Dr. H. Aminuddin Salle, SH., MH. termasuk kelompok tersebut.