Menantimu di Bawah Rindang Kurma


Menanti adalah perkara berat bagi mereka yang terpaksa menanti. Tapi bagi mereka yang menungu dengan rindu, waktu seakan melaju. Sebab rindu tidaklah berat, ia malah hebat.

Seperti sore ini, aku menunggumu di sini, di pelataran nan lapang, bernaung di bayangan pelepah kurma, sejenis palma yang menjadi makanan favorit manusia pilihan, Muhammad saw beserta keluarga dan sahabatnya, pun dirimu.

Menyebut kurma, ingatanku melintas ke waktu nan lampau, kala Maria, perempuan suci itu, menanti kelahiran Sang Messiah dalam kesendirian tanpa harapan kecuali pada Tuhannya yang Maha Kasih.

Al Quran mewartakan kisah epik ini dalam surah Maryam, ketika ponakan Zakaria yang dirahmati itu menyandarkan punggungnya pada baur kurma lalu tengadah merapal doa-doa pengharapan di sela rintih menahan pedih.

Yang Maha Rahim meneguhkan imannya dengan sepenggal firman dalam surah Maryam ayat 25, "Dan goyanglah pangkal pohon kurma itu ke arahmu, niscaya (pohon) itu akan menggugurkan buah kurma yang masak kepadamu."

Lihatlah, betapa Yang Maha Kuasa menjadikan pohon endemik dari Teluk Persia itu sebagai jawaban atas gulana yang mendera Sang Perawan Suci.

Maka demi keberkahan pohon kurma yang telah mengurapi Maria, juga putranya yang Bestari, aku menantimu di sini, hadir menenangkan gelebah yang menggebah di kedalaman hati.

Lalu, berdua kita menanti, lonceng Katedral berdentang memecah langit senja, mengiringi kumandang azan dari menara Istiqlal, pertanda malam segera bertandang, menggenapkan temaram. 

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama