Orangnya sudah cukup berumur, tepatnya dia lahir pada tanggal 22 Februari 1953. Dia memperkenalkan diri dengan nama Fatchuddin, SE., Ak. “tapi jangan salah”, katanya, “SE., Ak. itu bukan berarti Sarjana Ekonomi dan Akuntan, tetapi Sarjana Enggak, Akuntan Kagak, hahahahahaha...” lanjutnya sambil terbahak.
“Masih ada lagi gelar saya yang lain”, ungkapnya lagi, “MM... kalian
tahu apa itu MM? Master Mana mungkiiiiiiinnnnn, hahahahaha....”, kembali dia
tertawa lebar. Suasana senin pagi menjadi lebih enjoy dengan pembawaannya yang
humoris.
Namun jangan salah, di balik guyonan-guyonan segar yang dilontarkannya,
ternyata dia adalah pribadi yang tegas dan kritis. Tanpa segan dia
mengungkapkan kritiknya secara sarkastik terhadap berbagai masalah di republik
ini.
“Kalian tahu kenapa tidak ada aturan tentang antri di Indonesia? Itu
karena presidennya sendiri tidak mau antri. Sudah tahu jalanan macet, malah
memaksa lewat dengan mengandalkan pengawal... Ning nung.. Ning nung..”, sambil
mencontohkan bunyi sirine mobil polisi.
Senin pagi, dia memaparkan materi tentang Peranan PAD terhadap Keuangan
Daerah. Sesi ini akan berlangsung selama dua hari. “Sebenarnya, potensi PAD
yang dimiliki oleh masing-masing daerah, baik provinsi ataupun kabupaten dan
kota cukup besar. Cuma banyak kebocoran yang terjadi di sana-sini”, ujarnya
serius.
“Coba perhatikan beberapa sumber PAD, malah diurusi oleh pihak lain.
Pajak kendaraan bermotor yang seharusnya diurusi langsut oleh Dispenda, malah
di garap bersama polisi. Begitupun pengurusan SIM, kenapa harus polisi dan
bukan Dinas Perhubungan langsung yang menangani?” Tanyanya menggugat.
Dia juga mencontohkan tentang Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor yang
menjadi hak Pemerintah Provinsi dan dipungut melalui Pertamina, “apa pemda tahu
besaran pajak yang di tarik dari konsumen oleh Pertamina? Pemda tidak tahu dan
tidak mau tahu, yang penting target PAD dari sektor itu terpenuhi , sebab pemda
merasa itu ibarat durian runtuh”.
“Lah, gimana bukan durian runtuh, pemda tidak melakukan apa-apa, tiap
bulan tinggal terima beres. Tapi apakah nilai yang diterima itu sudah sepadan
dengan potensi PAD dari sektor pajak ini? Hal-hal seperti ini jarang diaudit,
tugas inspektoratlah untuk meluruskan mekanisme ini”.
Sepanjang sesi, dia memaparkan tentang berbagai jenis sumber PAD yang
belum secara maksimal dimanfaatkan oleh Pemda. Pemaparannya diselingi dengan
guyonan-guyonan cerdas dengan analisa kritis yang tajam. Setelah mengikuti sesi
yang dia bawakan, saya merasa bahwa Fatchuddin, SE., Ak., Si Kocak Namun
Berisi.
mengingat pak fathudin mengingatkan saya pada awal menginjakkan kaki di BPKP Sulsel pertama kali. kami berlima, ajun2 baru, mendapat wejangan yang lugas hingga sampai saat ini masih terngiang kata-katanya. Btw, blognya bagus sekali pak..bagi resepnya dong...
BalasHapusBeliu tipologi auditor model yang pas untuk auditor baru bu...
BalasHapusdaya kritis dan analisisnya mantap..
blog ini hasil keberanian ngutak-atik bu', hehehehehe...
ternyata hasilnya begini :D
Andai diberi kesempatan ketemu langsung, sepertinya asyik ya, menyimak 'petuah' sang SE Ak ini, hehe...
BalasHapusBTW, ini blogspot juga kan? saya pengin tampilan komentar di bawah posting begini, caranya bagaimana bro?
Terima kasih telah mampir...
Terima kasih sudah mampir mas Nurhadi :)
BalasHapusini juga blogspot, cuma numpang di domain .co.cc
Untuk atur komentar, buka:
Dasbor -> Setelan -> Komentar
atur deh disitu.... :)
Semoga Sukses...
beliau bos sy saat di Palu dulu,kesan semua orang kayaknya sama deh ke beliau.
BalasHapusKeep Posting daeng!
Beliau sempat cerita sedikit tentang Palu loh bang Jusup.
BalasHapusTernyata beliau memang pernah tugas di sana ya.
Salam blogger....
Beliau kakak sepupu saya yamg Qona'ah dan sangat Istiqamah..lahu al fatihah.
BalasHapusinna lillahi wa inna ilaihi rojiun...
Hapuslahul fatihah....
Jika diceritakan kolom komentar ini sepertinya nggak cukup untuk bercerita tentang pakde. Terimakasih Pak Kasman sudah menuliskan tentang Pakde saya,,
BalasHapusterima kasih telah berkunjung...
Hapussalam...