Mati Ketawa di Jalan Dakwah

[11.08.2017] Suatu sore di lokasi pelatihan dasar sebuah organisasi kemahasiswaan Islam, panitia akhwat terlihat berbincang ringan sambil menyiapkan makan malam di dapur. Seorang panitia ikhwan beringsut mendekat ke arah dapur. Dia beringsut pelan di bawah tatapan geli teman-temannya. Jarang panitia ihwan berani mendekat ke dapur selama ini.

Setelah tiba pada jarak yang dirasa cukup terjaga dari sisi konsep hijab yang dipahaminya, si ikhwan memberanikan diri menyapa.
"Assalamu alaikum ukhti, lagi sibuk ya?"
"Waalaikum salam. Ada apa akhi? Tidak lihat ya kalau kami sedang memasak!" Terdengar balasan tegas dari akhwat yang terdekat dari pintu dapur.
"Kan ikhwan harus menundukkan pandangan." Tanggap si ikhwan sambil tersenyum kecut, mukanya kian ditekuk, matanya fokus menatap kakinya yang beralas sandal jepit.

"Lalu ada kepentingan apa mendekat ke sini?" Kembali suara tegas terdengar dari dapur. Si ikhwan melemparkan pandang ke arah teman-temannya yang mulai terdengar cekikikan. Setelahnya, dia kembali menekuk muka, lalu menjawab dengan tergeragap.
"Mmmm... Ada... Ada..."
"Ada apa!?" Suara akhwat menggelegar, ikhwan terlihat bergidik ringan

"Ada... Ada kopi di dapur?" Si ikhwan berhasil menuntaskan kalimatnya, meski merasa terintimidasi.
"Ada! Kenapa?" Jawab akhwat singkat.
"Iye, ndak ji!" Ikhwan menjawab disertasi senyum malu-malu.
"Oh...!" Seru tertahan dari dapur terdengar, bingung dengan jawaban si ikhwan.

"Kalau gula iyya?" Ikhwan berhasil melanjutkan misinya setelah mengambil nafas panjang.
"Ada juga! Mauki' apa tanya-tanya soal kopi dan gula?" Jawaban akhwat mulai terdengar jengkel. Tak menjawab, si ikhwan malah melanjutkan tanya.
"Air panas, ada juga?"
"Ada juga. Ah, kenapakah ini ikhwan?" Terdengar sode membentur tutup panci mengiringi jawaban akhwat.

Cukup lama tak ada jawab, si ikhwan nampak grogi untuk memberi jawaban. Panitia ikhwan lain yang menyaksikan dari jauh juga ikut harap-harap cemas. Bahkan panitia akhwat yang berada di dapur juga didera penasaran,gerangan jawaban apa yang akan keluar. Setelahnya, terdengar si ikhwan bersuara ringkas.
"Ehm... "
"Campur dong!" Jawab si ikhwan sambil tergesa menjauh dari dapur.

Dari dapur terdengar cekikikan panitia akhwat yang berangsur menjadi tawa, sebelum terdengar jawaban lirih.
"Ih, bilangki' kalau mauki' minum kopi, ikhwan!"
Kali ini, tawa meledak dari panitia ikhwan yang melihat tingkah temannya.

Catatan:
Cerita ini berangkat dari kisah nyata yang telah mengalami dramatisasi. 

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama