Kebenaran Perspektif Anomalous Category

[24.03.2010] Manusia dalam menempuh hidup ini, mereka membutuhkan bangunan keyakinan yang menjadi arahan dan panduan akan hidup yang akan di jalaninya. Dalam keyakinanlah manusia membangun harapan-harapan akan suatu arah hidup yang bisa di terima sebagai sesuatu pasti. Jadi keyakinan memutlakkan posisi merasa pasti dalam kepastian.

Nah, agar keyakinan manusia merupakan kepastian dalam kepastian, maka muatan keyakinan itu haruslah berupa kebenaran-kebenaran, karena kalau sesuatu itu bukan merupakan, maka sesuatu itu tidak pantas untuk dijadikan sebagai inti dari bangunan keyakinan.

Kalau melihat betapa pentingnya posisi keyakinan, maka berbicara tentang kebenaran juga tentulah seharusnya menjadi hal yang sangat penting, dan sepertinya memang sudah seperti itulah adanya. Berbicara tentang kebenaran berarti berbicara tentang makna sesuatu, tidak peduli apakah sesuatu itu bersifat material maupun bersifat immateril.

Secara umum kalau kita melihat realitas keyakinan manusia dewasa ini, maka akan terlihat bahwa setiap bangunan keyakinan manusia menemukan maknanya sebagai sesuatu yang benar karena keyakinan itu bekerja dalam hukum kebenaran oposisi biner.

Oposisi Biner, seperti yang dijelaskan oleh Nuriani Juliastuti (Opisisi Biner, www.kunci.or.id), adalah sebuah “sistem yang membagi dunia dalam dua kategori yang berhubungan. Dalam struktur oposisi biner yang sempurna, segala sesuatu dimasukkan dalam kategori A maupun kategori B, dan dengan memakai pengkategorian itulah, kita mengatur pemahaman dunia di luar kita. Suatu kategori A tidak dapat eksis dengan sendirinya tanpa berhubungan secara struktural dengan kategori B. Kategori A masuk akal hanya karena ia bukan kategori B. Tanpa kategori B, tidak akan ada ikatan dengan kategori A, dan tidak ada kategori A”.

Cara kerja strukturalis seperti ini, kalau dibawa kewilayah kebenaran keyakinan, akan kita temukan bahwa keyakinan yang kita pilih dan kita anut menjadi benar karena berhasil menunjukkan bahwa keyakinan yang lain adalah salah. Kebenaran keyakinan kita tergantung pada keberhasilannya menyalahkan keyakinan lain.

Secara sederhana model bangunan struktur makna seperti ini akan kita temukan misalnya dalam bangunan teologi yang berkembang dalam tradisi Islam. Oposisi biner yang bekerja dalam kesadaran akan kebenaran keyakinan orang Sunni adalah sebagai berikut :
SUNNI-> Benar->Sesuai Qur’an-Sunnah->Masuk Surga
SYIAH->Salah->Sesuai Bid’ah->Masuk Neraka

Namun kerangka kerja struktur ini tidak hanya bekerja di Sunni namun juga bekerja pada kebenaran keyakinan orang Syiah dengan cara kerja yang sama :
SYIAH-> Benar->Sesuai Qur’an-Sunnah->Masuk Surga
SUNNI->Salah->Sesuai Bid’ah->Masuk Neraka

Sungguh, (hampir) semua kebenaran keyakinan yang ada bekerja dalam model pembenaran seperti ini, padahal model kebenaran yang binarian seperti ini sesungguhnya sangat lemah dan rentan dengan klaim kebenaran (truth claim) dan klaim keselamatan (salvation claim) yang sangat subyektif dan anti-humanis.

Mengapa pendekatan ini sangat subyektif, karena semua model keyakinan membangun kebenarannya sendiri dan berdasarkan alat verifikasi kebenaran yang mereka benarkan sendiri. Dikatakan sangat anti-humanis karena bangunan keyakinan seperti ini rentan dengan konflik bahkan sampai mengorbankan betapa banyak harta, airmata dan darah demi mempertahankannya padahal belum tentu dia benar secara obyektif.

Secara satiris Hikmat Budiman(Pembunuhan Yang Selalu Gagal, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, Cet. II, 2002) pernah mengungkapkan bahwa “bukan kebaikan yang selalu datang untuk meniadakan kejahatan, melainkan kejahatan dengan sengaja diciptakan agar (produk) kebaikan bisa laku sebaga pemenang”. Dengan kalimat yang hampir sama beliau melanjutkan bahwa “kebaikan selalu membangun dan mengadakan yang buruk, karena melalui itu ia meng identifikasikan lantas menjual diri”.

Bahkan kalau kita mencoba melacak teoritisasi oposisi biner yang dilakukan oleh Ferdinand de Saussure yang kemudian dilanjutkan oleh Claude Levi-Strauss, ternyata oposisi ini tidak sesederhana itu, karena akan kita temukan adanya kategori ambigu atau kategori skandal, yang oleh Strauss lebih dikenal dengan istilah 'anomalous category‘.

Kategori skandal ini akan mengganggu kejernihan, ketegasan, dan kejelasan batas-batas oposisi biner, ia mengotori bangunan oposisi yang terbangun. Namun tampaknya celah inilah yang sangat memngkinkan lahirnya sebuah bangunan keyakinan yang tidak lagi mendasarkan kebenarannya saat dia berhasil membuktikan kesalahan keyakinan lain. Sebuah kebenaran ‘anomalous category’.

Kategori inilah yang akan mencairkan klaim-klaim kebenaran dan keselamatan yang senantiasa menjadi senjata pamungkas antar satu keyakinan dan keyakinan lain untuk saling menyalahkan dan menjegal. Kalau kemudian kedua kategori yang membangun oposisi biner dapat dianalogikan sebagai otoritas keilmuan, maka sungguh tepat tawaran yang diajukan oleh Hikmat Budiman , “Bukan otoritas keilmuan yang penting bagi timbulnya komunikasi yang seimbang, melainkan kerelaan untuk melakukan disensus; dan usaha kecil-kecilan untuk membuat gaduh, setiap saat pikiran kita di belenggu oleh hasrat pada keteraturan.

Dengan kategori skandal, mari kita rayakan kebenaran keyakinan kita dan membuktikan bahwa keyakinan kita memang benar tanpa harus menyalahkan keyakinan lain bahkan menghancurkannya dengan cara destruktif. Selamat datang di dunia kebenaran anomali.

3 Komentar

  1. Manusia menentukan eksistensinya melalui nalar semata...

    BalasHapus
  2. Harapan akan suatu arah hidup yang bisa di terima sebagai sesuatu pasti.

    BalasHapus
  3. Sebagai upaya simbolisasi terhadap fenomena yang diamati.

    BalasHapus
Lebih baru Lebih lama