09. Sujud dan Kesombongan

Kita semua tentu sudah mengetahui bahwa puasa adalah sebuah ibadah yang arkais. Al Quran sebagai referensi utama dalam hal disyariatkannya puasa telah mendaku bahwa diwajibkannya puasa bagi orang beriman di antara umat Muhammad saw., mengikut pada syariat umat terdahulu.

Dalam al Baqarah (2) ayat 183, Allah swt. berfirman, "Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertakwa." Ayat ini menegaskan bahwa puasa bukanlah ibadah ekslusif bagi umat Islam.

Meski memang, sebagai sebentuk ibadah, puasa memiliki posisi yang khas dan ekslusif di sisi Tuhan. Pasalnya, meski janji pahala bagi berbagai ibadah, telah diumumkan oleh Allah, namun pahala dan penghargaanNya bagi mereka yang berpuasa, hingga hari ini tetap menjadi rahasiaNya.

Namun, tulisan ini bukanlah catatan perihal ibadah yang paling populer selama ramadan itu. Tulisan ini ingin sedikit menyinggung perihal sebentuk manifestasi ibadah yang juga purba, yakni: sujud. Sujud sesungguhnya menempati posisi yang unik dalam sejarah peradaban manusia dalam perspektif Quranik.

Penghargaan pertama yang diterima nenek moyang kita manusia, Adam, adalah sujud dari seluruh penghuni surga. Sujud pulalah yang menjadi alasan bagi Iblis untuk berselisih jalan dan membangkang dari ajaran Tuhan. Dia menolak untuk menjalankan perintah Allah agar mau meletakkan dahinya rata dengan tanah demi menghargai Adam.

Allah swt mengisahkan dalam al Baqarah (2) ayat 34, “Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada Para Malaikat: 'Sujudlah kamu kepada Adam,' Maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur dan adalah ia termasuk golongan orang-orang yang kafir."

Karena keengganannya itulah, Iblis sebagai mahluk yang begitu terkenal ketaatannya kepada Allah di era itu, harus jatuh pada posisi hina. Karena ketakaburan, dia dicap oleh Allah sebagai mahluk yang ingkar, dan dimasukkan ke dalam golongang mereka yang kafir. Karena kekufurannya, imam para malaikat ini harus terusir dari surga.

"Maka keluarlah kamu dari surga; Sesungguhnya kamu adalah orang yang terkutuk! Sesungguhnya kutukanKu tetap atasmu sampai hari pembalasan.” Demikian bunyi titah Allah kepada Iblis sebagaimana terekam dalam surah Shaad ayat 77 – 78. Allah yang Maha Pemurah, murka atas kesombongan Iblis.

Terusirnya Iblis dari surga patut menjadi renungan kita semua. Dia yang ahli ibadah, harus tersingkir karena kesombongan yang termanifestasi dalam keengganan menjalankan perintah Allah: sujud kepada Adam. Bukankah ini fakta yang mengundang tanya, lalu bagaimana pula kita bisa begitu angkuh dan enggan mengabdi, padahal mencium bau surga saja, belum?

Kecuali kalau memang kita memang ingin menjadi mahluk yang bebal, yang meski berkali-kali diingatkan, tetap saja berbuat semaunya. Bukankah Allah sudah menegah dalam al Baqarah (2) ayat 208, "...dan janganlah mengikuti langkah-langkah setan. Sesungguhnya, dia itu musuhmu senyatanya."

Maka momentum ramadan ini, mari memperbanyak aktivitas sujud, merendahkan kepala serata dengan kaki yang menjejak tanah. Kalaupun belum khusyuk, bersujudlah sebagai bentuk upaya menekuk ego dan menaklukkan kedirian yang angkuh.


9 ramadan 1439 H / 24 mei 2018

nb: gambar dicomot dari nu.or.id

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama