Seorang kawan berseloroh, bila bahagia itu sederhana, mengapa begitu banyak orang yang kesulitan untuk bahagia?
Hal itu membuat keyakinanku perihal bahagia, tergegar. Apa
iya, bahagia itu pelik, rumit, berbelit, dan lumayan sulit?
Batinku berkikah, mungkin, ini dipengaruhi oleh perspektif
tentang apa itu bahagia, tentang apa yang menjadi tolok ukur kebahagiaan.
Bagi sebagian orang, untuk sekadar tersenyum pun terasa
sulit, apalagi tertawa. Padahal berapa banyak hal di dunia ini yang selalu
mengundang gelak.
Melihat bayi semringah, mendengar kambing mengembik, pun
menyesap seteguk kopi pahit, adalah hal yang bisa memantik senyum.
Lalu mengapa bahagia begitu rumit? Barangkali karena hidup
terlalu pahit, atau beban kehidupan yang dirasa demikian menghimpit.
Hotel Maryam Soppeng, 25.05.2023
Tags:
Refleksi