dunia yang semakin tua, juga menjadi semakin sulit difahami. segala hal yang selama ini dikenal sebagaiGILA, sekarang menjadi WARAS. begitupun sebaliknya, setiap yang berbau WARAS hari kemarin menjadi keGILAan pada hari ini. jangankan itu, batasan antaraGILA dan WARAS menjadi kian tak jelas sehingga mana yang WARAS dan mana yang GILA menjadi menjadi kabur, melebur dan melabur.
atau janganjangan tulisan ini juga berada dalam limit itu, sebuah limit ketidakpastian dan ketidakjelasan. aku mencoba menulis sebagai komentar atas keGILAan dunia yang kucandra, tapi sesungguhnya akalku yang GILAlah yang tak mampu memahami model keWARASan dunia hari ini. bisa saja demikianlah adanya kan?
lalu kalau aku diam saja menghadapi kenyataan ini dan berbuat sesukahati tanpa peduli dan ambil pusing dengan apa yang terjadi, apa aku tidak pantas disebut GILA? tapi kalau aku berusaha mengurusi dan mengomentari arus sejarah kehidupan ditengah manusia yang kian tak peduli dengan berbagai hal tersebut apa aku masih pantas disebut WARAS?
betulbetul aku menjadi seperti makin GILA saja. Nah loh, aku tahu sekarang aku GILA atau WARAS dari mana? janganjangan klaim bahwa aku masih WARAS adalah sebentuk upayaku menyembunyikan keGILAanku yang sunguh akut? tentu prinsip yang aku gunakan untuk memproklamirkan bahwa aku masih WARAS adalah akal sehatku. tapi apakah akal sehat itu? apakah dia bukan sebentuk keGILAan juga? segepok nafsu dan sebongkah hasrat untuk dikenal sebagai keWARASan telah memuat akal sehatku menjadi sakit. kalau sudah demikian, itu artinya sama saja dengan GILA kan?
waras-gila-waras-gila-waras-gila-waras-gila-
waras-gila-waras-gila-waras-gila-waras-gila-
waras-gila-waras-gila-waras-gila-waras-gila-
waras-gila-waras-gila. . .
apa perbedaan ini masih penting ditengah dunia yang tak pasti dan tak jelas begini?
atau janganjangan tulisan ini juga berada dalam limit itu, sebuah limit ketidakpastian dan ketidakjelasan. aku mencoba menulis sebagai komentar atas keGILAan dunia yang kucandra, tapi sesungguhnya akalku yang GILAlah yang tak mampu memahami model keWARASan dunia hari ini. bisa saja demikianlah adanya kan?
lalu kalau aku diam saja menghadapi kenyataan ini dan berbuat sesukahati tanpa peduli dan ambil pusing dengan apa yang terjadi, apa aku tidak pantas disebut GILA? tapi kalau aku berusaha mengurusi dan mengomentari arus sejarah kehidupan ditengah manusia yang kian tak peduli dengan berbagai hal tersebut apa aku masih pantas disebut WARAS?
betulbetul aku menjadi seperti makin GILA saja. Nah loh, aku tahu sekarang aku GILA atau WARAS dari mana? janganjangan klaim bahwa aku masih WARAS adalah sebentuk upayaku menyembunyikan keGILAanku yang sunguh akut? tentu prinsip yang aku gunakan untuk memproklamirkan bahwa aku masih WARAS adalah akal sehatku. tapi apakah akal sehat itu? apakah dia bukan sebentuk keGILAan juga? segepok nafsu dan sebongkah hasrat untuk dikenal sebagai keWARASan telah memuat akal sehatku menjadi sakit. kalau sudah demikian, itu artinya sama saja dengan GILA kan?
waras-gila-waras-gila-waras-gila-waras-gila-
waras-gila-waras-gila-waras-gila-waras-gila-
waras-gila-waras-gila-waras-gila-waras-gila-
waras-gila-waras-gila. . .
apa perbedaan ini masih penting ditengah dunia yang tak pasti dan tak jelas begini?