Menjadi Pegawai Proaktif

“Tak ada orang yang dapat membuat anda merasa rendah diri tanpa seizin anda
--Eleanor Roosevelt

[26.05.2011] Tidak semua orang yang memiliki visi besar mendapatkan kesempatan untuk melaksanakan visinya dengan cara yang mereka inginkan. Terkadang, seorang pegawai biasa yang hanya berposisi sebagai staf memiliki visi perubahan, namun karena posisinya yang hanya sebagai staf, dengan atasan yang otoriter serta rekan kerja yang tak peduli, maka visi tersebut tidak bisa diaplikasikan secara sistemik di dalam organisasi, termasuk dalam organisasi birokrasi.

Saya mengenal seorang teman yang memiliki pengetahuan manajerial organisasi yang mumpuni, dengan berlatar belakang aktivis mahasiswa dan seabrek prestasi serta jaringan yang luas. Namun dalam aktivitas kesehariannya sebagai Pegawai Negeri Sipil pada sebuah instansi dengan posisi hanya sebagai staf, teman tersebut tidak bisa melakukan apa-apa. Bahkan cenderung dia menjadi larut dengan rutinitas dan tradisi bekerja yang tanpa visi ke depan.

Mungkin anda juga punya teman seperti itu, atau malah andalah salah satu dari sekian banyak orang yang saban hari sepulang kantor mendesah berat dan berujar, “aku sudah tidak tahan lagi, tak ada yang mengetahui potensiku yang sebenarnya di kantor itu”, atau “sungguh ini rutinitas yang sangat menjemukan”, serta “aku merasa terpenjara dengan pekerjaan ini, aku tidak menikmatinya” dan berbagai kalimat keluhan sejenis yang terlontar dari mereka yang pada dasarnya merupakan pribadi potensial dan berbakat.

Ujung-ujungnya, mereka menjadi manusia yang memiliki masa depan suram serta kehilangan semangat dan gairah kerja. Mereka tak pernah berhasil mencintai dan menikmati pekerjaannya sebagai akibat dari lingkungan kerja yang sangat tidak kondusif. Mereka merasa bahwa atasan dan rekan kerja tidak mendukung, bahkan terkesan tidak menginginkan kehadirannya.

Apakah kondisi ini merupakan sesuatu yang tidak bisa berubah? Apakah mereka yang merasa terpenjara tersebut tidak bisa melepaskan diri? Tentu saja kondisi ini bukanlah derita yang tiada akhir. Kita bisa menyaksikan betapa banyak orang yang tidak memiliki jabatan prestisius di organisasi, namun mampu menjadi sumber inspirasi bagi banyak orang bahkan bagi atasannya sekalipun.

Bagaimana dia melakukannya? Bagaimana kita mampu melakukannya? Bagaimana saya dan anda bisa melakukannya? Anda, saya dan siapapun anda, sangat tidak pantas untuk terjebak dan terperangkap dalam situasi kejenuhan akibat lingkungan kerja dan situasi pekerjaan yang tidak kondusif dan mendukung pencapaian tujuan.

Hal yang bisa kita lakukan adalah dengan membebaskan pikiran kita, saya dan anda, ya pikiran! Pikiran harus dibebaskan dari berbagai macam penjara dan kungkungan yang membuatnya meresa terjebak dan terperangkap. Rasa jenuh yang berkepanjangan, rasa tidak dihargai, dan rasa tak berarti hanya muncul dari pikiran yang terpenjara dan reaktif.

Pikiran reaktif akan membuat kita merasa tak bisa membebaskan diri dari lingkungan kerja yang tidak kondusif dengan berbagai argumen pembenaran. Kita membiarkan bos yang otoriter, rekan kerja yang tak peduli, dan pekerjaan, menentukan suasana hati, perasaan dan nuansa batin kita. Jadilah kita budak yang bekerja tanpa cita dan cinta.

Segeralah buang pikiran reaktif tersebut ke dalam tong sampah dan install cara berfikir proaktif dalam diri anda. Karena sesungguhnya, bukanlah bos yang otoriter, rekan kerja yang tak peduli, dan tumpukan pekerjaan yang memenjara kita, melainkan respon kita terhadap semua itulah yang membuat kita merasa tidak dihargai dan jenuh.

Sejarah telah membuktikan bagaimana pikiran yang proaktif merupakan kunci dalam menghadapi berbagai rangsangan negatif dari lingkungan yang tidak kondusif. Jangankan bos yang otoriter, rekan kerja yang tak peduli, dan tumpukan pekerjaan, kamp konsentrasi Nazi selama Perang Dunia II mampu dihadapi oleh Viktor Frankl, dengan menjadikan berfikir proaktif sebagai modal utama.

Dalam bukunya yang berjudul Man’s Search for Meaning, Viktor Frankl menulis, “Kami yang pernah hidup di kamp konsentrasi masih ingat orang-orang yang berjalan dari barak ke barak menghibur sesama, memberikan kepingan roti terakhir mereka. Jumlah orang semacam itu memang hanya sedikit, tetapi mereka membuktikan bahwa ada satu hal yang tidak bisa dirampas dari seorang manusia: kebebasan manusia yang paling dasar –kebebasan untuk memilih sikap kita, bagaimanapun situasinya.”

Berfikir proaktif menujukkan kepada kita bahwa selalu ada celah antara rangsangan yang datang dan respon yang kita berikan terhadapnya. Mungkin memang bos kita otoriter, rekan kerja kita tak peduli, dan pekerjaan kita menumpuk, tapi kita tidak harus meresponnya dengan rasa terpenjara, tidak dihargai dan tak bisa melakukan apa-apa. Manfaatkan celah yang ada untuk beraksi dengan lebih positif, sebab sebagai manusia, kita memiliki kesadaran-diri, imajinasi, hati-nurani dan kehendak-bebas.

Dengan panjang lebar, Stephen R. Covey melalui bukunya The 7 Habits of Highly Effective People menjelaskan bahwa sebelum seseorang merespon sebuah rangsangan, maka dengan kesadaran-diri yang dimilikinya, dia bisa memperhatikan dan bahkan menenangkan pikiran, suasana hati dan perasaanya yang terkadang berbau reaktif dan emosional.

Lalu dengan imajinasinya, pribadi tersebut mencoba mengajukan alternatif respon yang bisa dipilihnya sebagai tanggapan terhadap sebuah rangsangan. Hati-nurani berfungsi sebagai penyaring alternatif mana yang dipilih berdasarkan nilai yang dianut, dan kehendak-bebas menjadi hakim yang menjadi pelaksana dari alternatif respon yang dipilih serta terbebas dari pengaruh luar.

Masihkan kita memilih untuk menjadi Pegawai Negeri Sipil yang selalu merasa jenuh dan terpenjara oleh situasi dan kondisi kerja yang sumpek? masihkah anda akan membiarkan bos anda yang otoriter, rekan kerja anda yang se­mau gue, atau pekerjaan yang seakan tiada habisnya menentukan diri anda?

Jawabannya terletak pada masing-masing kita, apakah kita siap berubah ke arah yang lebih baik dan melakukan perubahan tersebut, atau kita memilih bermasa-bodoh dan menikmati rutinitas menjemukan itu dan membiarkan visi perubahan kita layu sebelum berkembang!

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama