Bercermin Pada Keluarga Ibrahim


Syahdan pada suatu waktu, Nabi Allah Ibrahim As, melaksanakan ibadah kurban dengan 500 ekor unta, 1.000 ekor sapi dan 2.500 ekor kambing. Melihat hal tersebut, penduduk kampung di mana Ibrahim menetap, bukannya berbondong-bondong mendatangi tempat di mana hewan kurban tersebut disembelih, melainkan para penduduk berduyun-duyun melangkahkan kaki meninggalkan kampung tersebut karena tidak lama lagi kampung itu akan dilanda bau bangkai yang teramat sangat.

Hal ini karena begitu banyaknya hewan kurban yang di persembahkan oleh Ibrahim As. Dan penduduk yang ada tidak mampu untuk menghabiskan daging dari hewan kurban tersebut.

Melihat kenyataan tersebut, datanglah Malaikat Jibril yang menyamar menyerupai seorang manusia dan mendatangi Ibrahim As. Lalu bertanya,
Wahai Ibrahim, sungguh betapa mulia kedudukanmu di sisi Tuhanmu, Kau kurbankan begitu banyak ternakmu hanya untuk membuktikan keimananmu 

Mendengar pujian itu, dalam hati Ibrahim As. Muncul sedikit rasa bangga akan kualitas ibadah yang telah dilakukannya, sehingga beliau berkata,
Wah, itu belum seberapa saudaraku, seandainya Allah menganugerahiku seorang anak yang shaleh, maka tentulah anak itu akan kukorbankan pula kalau Tuhanku menghendakinya

Ternyata pernyataan Ibrahim As. Dicatat oleh malaikat dan di dengarkan oleh Allah SWT, sehingga tidak lama berselang, ketika Ismail As. menginjak usia remaja, Ibrahimpun di perintah oleh Allah untuk melaksanakan kata-kata yang pernah diucapkannja (keinginannya untuk mengurbankan anaknya), sebagaimana dijelaskan dengan gamlang dalam Al-Qur’an Surah Ash Shaffat : 100 – 102.

Dalam menanggapi perintah Allah tersebut, ternyata Ibrahim tidak main-main dengan ucapannya sendiri. Nyatalah betapa tinggi tingkat keyakinan Ibrahim As. kepada Allah SWT. Namun disamping itu, sesungguhnya yang patut mendapatkan pujian pula dalam hal keimanan adalah Ismail As.

Ismail As. adalah sosok anak yang sholeh, dan tidak ada duanya dalam kehidupan ini. Bagaimana beliau menanggapi permintaan bapaknya yang akan menyembelihnya dengan ungkapan,
Hai Bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; Insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar [Q.S. 37 : 102]

Sungguh tidaklah berlebihan kalau dikatakan bahwa keluarga Ibrahim merupakan keluarga penghuni surga. Bahkan Allah SWT mengatakan,
Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis(nya), (ntatalah kesabaran keduanya) [Q.S. 37 : 103]

Namun cerita ini tidak sampai disini, bukan hanya Ibrahim dan Ismail yang telah menunjukkan contoh teladan yang mulia dalam peristiwa ini. Ingatlah seorang ibu yang bernama Hajar.
Ketika Iblis melihat bahwa Ibrahim dan Ismail sudah sangat mustahil untuk digoyahkan agar mengurungkan niatnya menjalankan perintah Allah SWT, kemudian dia (Iblis) mencoba menggoda Hajar yang ketika itu tinggal di rumah.

Iblis berkata,
“Tahukah engkau wahai Hajar, ke mana Ibrahim, membawa anakmu Ismail ?”
“Aku tidak mengetahui ke mana mereka pergi, tapi aku yakin kepergian mereka pastilah dalam rangka ibadah kepada Allah SWT” Jawab Hajar mantap.

Iblis kemudian melanjutkan godaannya dengan mengungkapkan hal yang sebenarnya,
“Ketahuilah wahai Hajar, Ibrahim membawa Ismail, anak yang kau sayangi itu, untuk dikorbankannya kepada Tuhanmu”.

Dengan mengatakan hal ini, Iblis berharap Hajar akan kaget dan mencegah Ibrahim melakukan hal itu. Tapi diluar dugaan Iblis, Hajar dengan muka yang cerah dan bibir yang dihiasi senyum yang manis, Hajar berkata,
“Kalaupun itu jang akan dilakukan oleh Ibrahim, aku merestuinja, bahkan seandainja Allah SWT memerintahkan agar jang di kurbankan itu adalah aku, maka engkau akan mendapatiku sebagai orang jang berserah diri”.

Betapa, keluarga ini telah menjadi muara segala kebaikan dan keimanan. Bukanlah sesuatu yang berlebihan kalau setiap orang yang beriman mengharapkan bangunan keluarga seperti ini.

Seorang ajah yang bertaqwa, anak yang sabar dan istri yang sholehah. Sebagaimana yang dilantunkan oleh Hijaz dalam salah satu syair nasyidnya yang berjudul Rindu : Orang mukmin merindukan / Anak-anak jang sholeh / Istri-istri jang sholehah / Keluarga bahagia //

4 Komentar

  1. kisah nabi Ibrahim a.s, dan anakx nabi Ismail a.s, sangat marak diceritakan oleh para khatib di hari idul adha.
    bahkan sdah merupakan tema yang wajib buat mereka, tapi itu tidak membuat umat muslim bosan mendengarkannya, bahkan bisa menjadi cerita yg patut dicontohi, yaitu tentang kapatuhan seorang hamba kepada Allah SWT dan kepatuhan seorang anak kepada bapaknya.

    BalasHapus
  2. dan lebih penting lagi, kepatuhan Hajar :D

    BalasHapus
  3. Aminuddin Salle3:25 PM

    Subhanllah, Ibrahim AS, Ismail AS dan Hajar sungguh-sungguh satu kuutuhan keluarga idaman yang patut diteladani. Kalau tak bisa meniru secara sempurna, minimal sebagian kecil dari keteladanan itu.

    BalasHapus
  4. Insya Allah Ayahanda...
    Selamat berqurban ayah, semoga Allah menerima qurban kita sebagaimana diterimanya qurban Habil...

    BalasHapus
Lebih baru Lebih lama