[12/12/2012] “Kita perlu saling
mendengarkan satu sama lain jika Kita ingin berhasil melalui masa yang membingungkan ini dan menghidari kekacauan
yang ditimbulkan orang lain” --Chaim Potok
Dalam
sebuah organisasi, persoalan promosi, mutasi, dan demosi adalah hal biasa
terjadi dengan berbagai alasan. Ada yang mengalami mutasi dengan alasan sekedar
penyegaran suasana kerja, yang didemosi sebagai sebentuk hukuman, dan ada yang
dipromosikan karena kinerjanya cukup baik. Proses rotasi pegawai ini diharapkan
akan berimplikasi positif bagi peningkatan kinerja organisasi.
Namun
dalam pelaksanaannya tidak sedikit menimbulkan efek negatif. Biasanya, beberapa
staf mengalami kendala setelah terjadi rotasi pegawai seperti terkendala
masalah komunikasi dengan atasan baru. Kalau sebagai bawahan kita mendapatkan
atasan yang mampu berkomunikasi dengan lancar dan akrab, mengerti dan memahami
kompetensi bawahan sehingga memberi tugas sesuai dengan kemampuan bawahan, itu
bukan masalah.
Yang
menjadi masalah adalah apabila kita mendapatkan atasan yang sulit. Atasan yang
karakternya cenderung tertutup dan pendiam, namun sangat perfeksionis dalam
menilai kinerja bawahan, tidak memiliki pendirian yang pasti, keinginannya
mudah berubah dan mempunyai gaya bicara yang kadang kurang mengenakkan di hati
bawahan.
Di
birokrasi, rotasi bagi Pegawai Negeri Sipil adalah hal yang sering terjadi,
terutama bagi mereka yang sudah berpangkat tinggi dan menduduki jabatan
struktural di kantor. Sementara bagi Pegawai Negeri Sipil biasa, mereka
dituntut untuk bisa beradaptasi dengan pergantian atasan yang bisa terjadi
kapan saja, karena tidak menutup kemungkinan akan menemukan atasan yang kurang
menyenangkan.
Bila
menghadapi masalah seperti ini, maka sebagai seorang bawahan, kita membutuhkan
latihan agar mempunyai kemampuan untuk menghadapi situasi kerja yang sulit ini.
Kita tentu membutuhkan pengetahuan tentang bagaimana ‘menundukkan’ atasan yang akan
membantu kita untuk memahami atasan secara lebih baik dan memperoleh hubungan
yang lebih baik dengannya.
Ros Jay, dalam bukunya yang
berjudul How to Manage Your Boss:
Developing the Perfect Working Relationship menjelaskan bahwa untuk
menghadapi atasan yang ‘sulit’, ada beberapa langkah yang bisa dilakukan. Bila
seorang pegawai mencoba mengaplikasikan langkah-langkah yang disarankan oleh Ros Jay berikut ini secara proaktif,
maka diharapkan atasan yang ‘sulit’ akan berhasil ‘dikendalikan’ dengan baik.
Pertama, memahami atasan. Sebagai
seorang atasan, kita perlu untuk mencari tahu atasan yang kita hadapi seperti
apa. Bagaimana tipenya, apa kelebihan dan kekurangannya, bagaimana cara dia
berkomunikasi, sampai pada persoalan apa yang diinginkan bos tersebut dari
bawahannnya. Penting juga kita memahami hal-hal yang membuatnya termotivasi,
serta yang bisa membuatnya merasa tertekan.
Kedua, memahami diri
sendiri. Setelah kita memiliki pemahaman terhadap atasan secara lebih memadai,
maka saatnya kita menyesuaikan diri dengannya. Tapi sebelumnya, kita perlu
mengetahui diri kita secara lebih detail. Cobalah mengetahui karakter, perilaku
serta cara komunikasi kita dengan orang lain. Temukan mana hal-hal yang sudah
sesuai dengan atasan, mana yang harus mengalami modifikasi. Ingat, ini bukan
berarti kita kehilangan prinsip, semua ini lebih pada upaya untuk menghindari
masalah dengan atasan.
Ketiga, mengembangkan
keterampilan khusus. Pada langkah kedua, kita sudah mencoba menyesuaikan diri
dengan atasan, maka pada langkah ketiga ini, kita mencoba untuk mempererat
hubungan profesional dengannya. Cobalah untuk mengembangkan kepribadian,
keterampilan, mode kerja serta gaya berkomunikasi sebagaimana yang diharapkan
oleh atasan. Semua ini akan berkontribusi positif terhadap hubungan kita dengan
atasan.
Keempat, mengatasi tekanan.
Maskipun kita diharapkan untuk menyesuaikan diri dengan gaya atasan, tapi itu
bukan berarti kita harus kehilangan kepribadian dan mengabaikan prinsip hidup
kita. Dalam interaksi dengan atasan, tentu akan tetap muncul beberapa perbedaan
sikap dalam merespon berbagai persoalan, disinilah kita dituntut untuk
mengembangkan kemampuan mengatasi tekanan seperti belajar berdiplomasi, atau
membangun keberanian untuk lebih terbuka dalam mengemukakan persoalan yang
muncul.
Kelima, menahan emosi. Modal
utama untuk menghadapi seorang atasan yang ‘sulit’ adalah bersikap tenang dan
tetap rasional. Berlatihlah untuk mengendalikan gejolak emosi, bangunlah
kecerdasan emosional. Jangan biarkan faktor-faktor eksternal mempengaruhi
respon kita terhadap sebuah kejadian, tetap manfaatkan kesadaran-diri,
imajinasi, hati-nurani dan kehendak-bebas yang kita miliki.
Keenam, bersikap asertif.
Ini berarti bahwa dalam berhubungan dengan atasan ‘sulit’, kepribadian dan
prinsip hidup harus tetap ditunjukkan. Senantiasalah untuk tetap bersikap jujur
dan tidak dibuat-buat, ekspresikan perasaan apa adanya, jangan menutup-nutupi
kenyataan. Inilah sikap asertif, berani untuk mempertahankan hak dan berkata
‘tidak’, namun dengan cara yang tepat sehingga tidak mengurangi rasa hormat
pada atasan.
Ketujuh, belajar untuk
mendengarkan dan didengarkan. Untuk langkah terakhir ini, Stephen R. Covey dalam bukunya The7 Habits of Highly Effective People menyebutnya sebagai kebiasaan ‘Berusaha
mengerti dahulu baru dimengerti’. Cobalah untuk menjadi pendengar yang empatik,
yang mendengar bukan untuk memberi respon sesegera mungkin melainkan mendengar
untuk mengerti dan memahami. Dengarkan atasan anda lalu mengerti dirinya,
setelah itu barulah kita mencoba untuk dimengerti olehnya.
Ketujuh
langkah ini, tidak tersedia di supermarket,
mall atau tempat perbelanjaan
manapun, dia tumbuh dan berkembang berdasarkan komitmen yang kita bangun dan
latihan yang kita lakukan. Meskipun memang ada atasan yang ‘sulit’, tapi jangan
pernah berpikir bahwa ada atasan yang ‘jahat’, itu semua tergantung pada cara
kita sebagai bawahan menghadapinya.
Sebagai
seorang Pegawai Negeri Sipil, sudahkah anda memiliki persiapan untuk mengalami
rotasi atau efek samping dari sebuah proses rotasi? Bila belum, segeralah
berlatih! Sepakat atau tidak, suatu waktu bisa saja anda terkena rotasi ataukah
atasan anda yang dirotasi. Beruntung kalau yang anda dapatkan adalah atasan
yang ‘aman’, tapi bila tidak, maka jurus How
to Manage Your Boss, layak anda pertimbangkan.