[22.04.2013] Karena
ingin mendapatkan pengakuan bahwa dia sudah pernah ke Jakarta, La Capila dan
Daeng Kulle berencana untuk sholat jumat di Masjid Istiqlal dan berfoto ria di
Monumen Nasional.
“Haruski’
ke Istiqlal dang Monas, La Capila. Tidak terbukti kita ke Jakarta kalau tidak
pernahki’ sembayang di Istiqlal dan ada fhoto-fhoto ta’ di Monas.” Seru Daeng
Kulle mengajak La Capila.
“Ayo’mi
pale’ kalau begitu.” Jawab La Capila menyanggupi ajakan Daeng Kulle.
Begitu
tiba di Istiqlal, mereka menyimpan alas kakinya di tempat penitipan alas kaki.
La Capila menggunakan sandal jepit, sementara Daeng Kulle menggunakan sepatu.
“Dititip
di sana saja deh, nanti hilangki kalau di sini.” Ujar La Capila.
“Tidakji
itu, masa’ ada palukka’[1] di masjid.” Jawab Daeng
Kulle.
“Kayak
tong sandal mahal kau pake’, sandal jepitji lagi.” Celoteh La Capila.
“Hehehehehe...”
Begitu
selesai sholat jumat, mereka bergegas menuju tempat di mana mereka menyimpan
alas kaki, dan ternyata, alas kaki mereka sudah hilang dari tempatnya.
“Kubilang
memang, hilangmi..!” Seru La Capila.
“Beh,
bahayana di sini biar sandal jepit dilukka’[2] juga.” Imbuh Daeng Kulle.
“Itumi
ku bilang tadi, di sini itu jai palukka’[3] nah.” Lanjut La Capila.
Setelah
beberapa saat mencari-cari dan tidak ketemu juga, mereka berinisiatif untuk
melapor ke petugas keamanan masjid.
“Bang,
hilangki sandalku, di mana kira-kira bisa saya cari?” Tanya La Capila.
“Memangnya
disimpan di mana?” Tanya petugas keamanan.
“Itu
dekat tanggaji kusimpan, na hilang tonji.” Jelas La Capila.
“Di
sini, kalau sandal yang hilang, jarang didapat.” Timpal petugas kemananan.
Mendengar
itu, tiba-tiba Daeng Kulle yang orang Jeneponto merenung, kalau sandal saja
dapat jarang[4],
bagaimana saya yang kehilangan sepatu. Daeng Kulle kemudian nyeletuk.
“Bang,
kalau sepatu iyya yang hilang, berapa jarang didapat?”
“*&#@%&....????” Petugas keamanan
itu langsung jadi bingung.
Tags:
Refleksi