Papparingngerang

[23.11.2014]
#1
Subuh ini, kau, lagi-lagi membangunkanku
dengan caramu. Seperti subuh kemarin
kau pencet hidungku. Aku tersentak
lalu bergerak, mencoba bangkit.

Kau, menahan laju tubuhku yang
beranjak bangun. Telunjukmu,
kau tempel di bibirku, di mulut yang
terbuka, kaku.

Kenapa, lagi-lagi hidungku
yang jadi korban karena telat
dan lalaiku. Sebab kasipku bangun subuh?

#2
Kau lupa, katamu
Mereka yang terlelap, kadang
takkalupa, tak sadar, waktu.

Bukankah hidung adalah
Pintu bagi udara
nafas kehidupan, bolak-balik
keluar dan masuk

Aku memencet hidungmu, inge’ta’
Agar kau talinge’, tak alpa
diri, kembali maringngerang, mainge’ 

assikolai alEta’, aggurui inge’ta’
padEcEngi naffase’ta’, jagai tuwota’
paddioloi talinge’ta’, mannennungeng peringngeratta’

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama