07. Salat Tarawih, Istirahat, dan Sinetron Islami

Malam ini kembali aku tak salat tarawih di masjid, aku cuma menyelesaikan isya berjamaah lalu pulang, menulis ini, dan tidur. Lelah masih mendera, istri mengingatkan agar memilih istirahat dulu, agar tak berujung tepar. Maka kupenuhilah permintaannya, saya akan tidur setelah tulisan ini selesai, dan secangkir kopi yang telah kuseduh, tandas. Rencananya, salat tarawih akan aku kerjakan berjamaah dengan istri, dinihari sebentar.

Aku teringat dengan seorang kawan yang mengatakan bahwa sejatinya salat tarawih itu tidak memberatkan, sebab secara bahasa, tarawih berarti istirahat. Kata tarawih yang menjadi nama salat sunah pada malam hari pada bulan Ramadan memang berasal dari kata tarawih yang merupakan bentuk jama' dari bentuk tunggalnya, tarwihah, yang berarti istirahat.

Karena penasaran dengan hal ini, maka aku mencoba mencari-cari informasi. Rupanya, kata istirahat tersebut pada awalnya mengacu pada sunah rasulullah. Beliau bila salat malam di bulan ramadan dilaksanakan dengan cara empat rakaat (dua kali salam) lalu duduk (jalsah) istirahat selama beberapa waktu, lalu melanjutkan empat rakaat (dua kali salam). Duduk di antara empat rakaat inilah yang dikenal dengan istilah tarwihah yang belakangan bermetamorfosis menjadi nama salat, tarawih.

Aku baru mengerti, pantas saja aku merasa begitu lelah bila usai salat tarawih, rupanya karena minim istirahat. Padahal rasulullah telah mencontohkan bahwa ada istirahat di tengah-tengah salah tarawih. Selain itu, pelaksanaan salat tarawih yang terkesan kejar tayang, bacaan ayat yang pendek, tuma’ninah yang tak utuh, membuat tubuh harus bergerak cepat di saat ia seharusnya jeda.

Padahal di situlah substansinya, di istirahat. Mengapa ada istirahat di tengah-tangah jumlah rakaat salat? Agar kita melaksanakan salat tarawih dengan tenang dan khusyuk, membaca ayat dengan pelan dan bisa diresapi maknanya, serta tuma’ninahnya sempurna, sehingga tubuh tidak seperti terlipat-lipat dan membuat pegal-pegal. Sebab bila dikerjakan terburu-buru dan tanpa istirahat, dia kehilangan makna sehingga cuma layak dinamai salat, tanpa tarawih.

Mengenai salat tarawih ini, aku punya pengalaman yang membuat masygul. Aku semasa remaja, pernah diajak salat tarawih di masjid yang cukup jauh dari rumah, alasannya sederhana, di sana rakaatnya cuma delapan, dibanding salat tarawih di masjid dekat rumah, yang mencapai dua puluh rakaat dengan tambahan zikir setiap selesai salam.

Rupanya kawan yang tadi punya maksud terselubung. Sebab begitu bubar dari masjid yang tarawihnya pintas, dia mengajakku kembali ke masjid yang tarawinya panjang. Dia lalu mengajakku nongkrong di depan masjid, lalu menitip surat mungil kepada seorang anak kecil untuk diberikan kepada seorang jamaah perempuan. Tak lama, keluarlah seorang gadis menemuinya. Gadis yang lagi dalam proses pendekatan untuk jadi pacarnya.

Ketika kuprotes ulahnya, dengan enteng dia mengemukakan argumen yang terdengar logis, namun sesungguhnya penuh akal bulus. Menurutnya dia itu luar biasa, tarawihnya tuntas, masih bisa pula pendekatan pada gadis incaran. Karena dilakukan pada bulan ramadan, bila jadian, akan berberkah, dan tentu saja mereka akan pacaran dengan islami, sebab perempuannya selalu mengenakan mukena dan tak ada pegangan tangan, karena puasa.

Ada lagi seorang ibu paruh baya, rajin pergi tarawih di masjid yang tarawihnya minim rakaat. Alasan dia lain lagi, agar bisa lebih cepat pulang dan bisa menonton sinetron. Ketika kusoal, dia mengatakan bahwa dia justru dapat banyak pahala, selain pahala salat tarawih berjamaah, dia juga mendapatkan pahala menonton, sebab yang dia tonton adalah sinetron islami. Begitu katanya.

Nah, bagaimana dengan kalian? Aku mau istirahat dulu ya, biar bisa segar untuk salat tarawih dinihari nanti. Mari kita berdoa agar kita bisa mendapatkan keduanya, salatnya dan tarawihnya. sebab bila cuma salat dengan terburu-buru, tentu tarawihnya tidak dapat, bila terlelap dan lupa salat, tentu cuma dapat tarawih. hehehe.....

7 ramadan 1439 H / 22 mei 2018

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama