Menerka Kenangan Khadijah Perihal Genangan


Dia kelihatan tenang dan tanpa beban, jongkok dengan santai, memandangi limpahan air yang menggenangi jalan di depannya, dari balik terali pagar.

Kita tak pernah tahu, entah apa yang sedang menggeliat di benaknya, dan berusaha ia tenangkan dengan memegang erat sekop imut berwarna merah di tangan kanannya.

Sesekali gelombang genangan yang beriak dari tekanan ban kendaraan nan melintas, menjilati ujung bajunya yang menjuntai, ia bergeming.

Seusai subuh, hujan masih saja mengguyur di luar, seperti hujan-hujan sebelumnya. Ia telah mandi, tak peduli dengan kelembapan yang mengapung di udara.

Pagi ini, ia kembali beraksi, meminta agar dia dibolehkan mengenakan kemeja kakaknya, yang tentu saja kedodoran di tubuh mungilnya. Baju yang telah beberapa pekan ia klaim sebagai miliknya.

Hem berwarna merah jambu bermotif kotak-kotak samar dengan dua gambar karakter Hello Kitty di bagian depan, menegaskan bahwa baju itu untuk remaja putri, bukan untuk balita seperti dirinya.

Tapi tetap saja dia ngotot ingin mengenakan kamisa itu. Maka, dengan bantuan beberapa peniti yang diletakkan pada titik yang pas oleh ummi-nya, sabi itu menjadi kelihatan pas di badannya.

Rupanya, dia memilih mengenakan kemeja yang dia gelari 'baju cantik', karena ingin menyambut tamu yang sejak semalam sudah mengetuk-ngetuk daun jendela dengan rinai-rinai.

Maka di situlah ia kini, menghadapi tamunya dalam diam, menerima berkubik-kubik tirta yang menyapa, bahkan mengelus-elus kaki dan betisnya, pun ujung bajunya.

Barangkali, ia sedang menimbang-takar, apa yang layak dihidangkan untuk sang pengunjung, dan berapa lama pelawat itu akan ziarah.

Mungkin juga ia sedang menerka-reka, kenangan seperti apa yang akan terpatri di ingatannya, tentang genangan dan juga luapan yang menemaninya sarapan pagi ini.

Atau, ia sedang merayu si petandang bahwa perjumpaan mereka akan lebih syahdu seandainya orang-orang dewasa tak saling menyudutkan dengan sang tamu.

Entahlah, mungkin semua akan berubah, bila ia, Khadijah, telah beranjak dewasa, menjadi lebih bijak dan penuh kebajikan.

Tayang juga di: BengkelNarasi.Com

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama