Kusebut Namaku, Kau Sebut Namamu


"Bolehkah ana tahu nama lengkapnya, ukhti?" Ujar seorang lelaki pada seorang akhwat yang menjadi pasangan ta'arufnya. Pertemuan itu difasilitasi oleh murabbi sang lelaki yang sudah merasa waktunya untuk mencari pasangan hidup, dan menikah. 

Ini kali pertama mereka berjumpa sejak bertukar biodata sebukan yang lalu. Sebelumnya, komunikasi mereka lakukan melalui media sosial. Maklum, mereka hidup dinkotabyang berbeda.

"Untuk sementara, cukup sapa saya dengan nama Dian, akhi. Seperti yang tertera di biodata. Biarlah nama lengkapku kusimoan untuk ia yang akan menyuntingku kelak." Perempuan muda itu tersipu dari balik cadarnya, anggun nampaknya.

Setelah itu, mereka berdua hanya tertunduk dalam, lelaki itu begitu malu memulai percakapan, dia meremas-remas tangannya yang terasa dingin. Sang murabbi bersama sang istri yang hadir membersamai ta'aruf itu saling lirik dengan senyum usil. 


"Hai, ada ada denganmu, akhi. Biasanya antum begitu ceria. Iya ka, ummi?" Ustaz Malik menyikut istrinya, lembut.

"Iya ya. Atau jangan-jangan akhi Taufik kurang rida dengan ukhti Dian?" Ujar Karmila, istri ustaz Malik. Dian terkesiap, kian tertunduk.

"Tidak-tidak!" Seru Taufik dengan muka pias.

"Kamu betul tidak suka?" Tanya ustaz Malik. Suasana kian canggung.

"Tidak-tidak... Eh, maksud ana.. Ana siap mengkhitbah ukhti Dian kalau dia setuju." Taufik bicara secepat kereta api.

"Nah, begitu dong. Ukhti Dian ini hight quality akhwat, langka dia." Tanggap Karmila, semringah.

"Alhamdulillah, barakallah." Ustaz Malik mengucap syukur dan diikuti dengan koor amin dari mereka berempat.


"Sekarang, sudah bolehkah ana mengetahui nama lengkap ukhti Dian, kan ana sudah siap mengkhitbah ke orang tuan ukhti?" Tanya Taufik hati-hati.

"Boleh, tetapi setelah ana, akhi Taufik juga harus memberitahu nama lengkapnya ya." Tawar Dian.

"Boleh." Jawab Taufik singkat.

"Berhubung bapak saya guru Bahasa Indonesia, saya diberi nama Berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ke tepian. Bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian. Disapa Dian." Dian langsung tertunduk malu.

"Wah pas, Kalau saya, karena bapak suka ceramah, jadinya nama saya Wabillahi taufik wal hidayah, wassalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Panggil Taufik saja."

"Kalian memang pasangan serasi. Hahahaha....." Ustaz Malik tak bisa menahan tawa, disusul istrinya. Senyum yang mekar di bibir Taufik dan Dian, akhirnya pecah menjadi tawa bahagia.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama