Nora, Selamat Jalan

[29.09.2020] Nora menjadi anggota keluarga itu sejak dua tahun lalu, dia tiba ketika hujan turun mengguyur kompleks perumahan yang terletak di pingir kota tersebut. Dia sendiri tidak tahu sejak kapan tepatnya dia tiba. Dari lelaki yang kemudian mengangkatnya menjadi anggota keluarga di rumah tersebut hanya mengatakan bahwa dia tiba-tiba didapat di teras rumah tersebut dengan badan yang basah kuyup dan menggigil kedinginan tanpa pakaian selembarpun.

Seluruh anggota keluarga di rumah tersebut sangat gembira dengan kedatangannya, tubuhnya yang ringkih digilir dalam gendongan semua anggota keluarga tersebut. Tubuhnya dikeringkan dengan handuk, disodori makanan dan diberinya dia selimut, setelah itu dia ditidurkan di atas sebuah tempat tidur yang berkasur empuk dalam sebuah kamar.

Sejak malam itu, dia resmi menjadi anggota keluarga tersebut. Dia ditempatkan sekamar dengan anak perempuan satu-satunya keluarga itu, dan dia merasa agak risih karenanya. Anak perempuan itu memperlakukannya seperti adik, darinyalah dia mendapatkan nama Nora, meskipun menurutnya nama itu mirip dengan nama perempuan, namun diterimanya juga nama itu tanpa protes meskipun dia merasa pasti bahwa dirinya seorang lelaki. 

Waktu terus berlalu, Norapun bertambah besar dan mulai bisa menyesuaikan diri dengan keluarga sederhana tersebut. Keluarga tersebut memperlakukannya dengan baik dan dia tetap diberi hak sama dengan siapapun yang ada di keluarga tersebut, walaupun dia tetap merasa dirinya berbeda, namun keluarga tersebut tidak terlalu peduli dengan keadaan itu.

Keluarga itu hanya terdiri dari empat orang, seorang ayah, seorang ibu dan dua orang anak, seorang lelaki dan seorang perempuan. Namun rumah tersebut sering kosong bila siang hari, hanya anak perempuan itulah yang paling banyak berada dirumah. Anak perempuan itu didengarnya dipanggil Netty dan yang lelaki bernama Randy sedang sang ayah dikenal sebagai Pak Roger dan istrinya disapa Bu Roger, entahlah siapa nama sebenarnya Nora juga tidak tahu.

Setiap pagi, Pak Roger dan isrinya keluar bersama dengan menggunakan mobil Honda Civic yang mereka miliki. Dandanan rapi yang mereka gunakan menunjukkan mereka orang yang punya posisi terpandang di tempat kerja, tapi entahlah apa dan dimana pekerjaan mereka Nora juga tidak pernah menanyakannya, dia juga tidak tahu kenapa dia tidak menanyakannya. Baginya, diterima dengan baik di keluarga ini saja sudah cukup.

Sejak dia berada di rumah tersebut, Nora sudah merasa ada yang berbeda antara dia dengan semua anggota keluarga yang lain, meskipun keluarga Pak Roger tidak memperlakukannya dengan diskriminatif, bahkan cendrung berlebihan dalam memperlakukannya, dia merasa tetap ada jarak yang tidak bisa ditembus di antara mereka.

Ketika bercengkrama dengan si Netty, sering muncul keinginannya untuk mencoba membicarakan hal tersebut dari hati ke hati, namun dia merasa tidak tahu dengan kalimat seperti apa dia mengungkapkannya dan dengan kata-kata model bagaimana dia mengatakannya.

Dia hanya mampu menyampaikan hal yang dirasakannya tersebut lewat sorot mata yang penuh tanda tanya. Namun apa yang dilakukannya itu tidak membuat Netty mengerti dan kemudian menjelaskannya, malah Netty balik memandanginya dengan muka yang berhias senyum kasih sayang dan mengelus rambutnya berkali-kali. Bila sudah seperti itu dia akan tertunduk dan bahkan sering sampai berbaring di pangkuan Netty.

Kian hari dia makin merasakan perbedaan itu, ketika mereka duduk bersama di meja makan dan menikmati santap malam. Dari sekian banyak jenis makanan yang disajikan, hanya satu yang disentuhnya, ikan. Baginya itu hal yang aneh bila dibandingkan dengan Netty atau Randy misalnya, yang dengan lahapnya bisa menikmati sayur dan nasi.

Tapi lagi-lagi bagi keluarga itu, hal tersebut bukan hal yang istimewa. Menurut Bu Roger, malah orang lain lebih aneh lagi, dia punya teman yang hanya suka makan sayuran, kalau tidak salah menurut Bu Roger itu disebut vegetarian. Belum lagi orang-orang yang hanya makan steak atau roti tawar, timpal Pak Roger. Justru mereka bangga punya anggota keluarga yang punya kebiasaan lain, hanya makan ikan dan enggan makan nasi atau sayur, seperti Nora.

Permakluman yang diberikan oleh keluarga tersebut kepadanya membuat Nora merasa enjoy menjalani kelainannya tersebut, yang bagi keluarga tersebut sebagai hal yang lumrah. Bahkan seringkali, bila dia lagi lapar dan belum waktunya makan, dia akan mengambil sendiri ikan yang berada di meja makan, bila melihat hal tersebut, anggota keluarga sederhana itu akan tersenyum kegirangan, malah membantunya memindahkan ikan ke dalam piringnya.

Bila pagi hari dia ditinggal sendiri, sering juga Nora bertanya dalam hati, kenapa dia belum di sekolahkan juga seperti Netty supaya nanti dia bisa kuliah seperti Randy. Namun keluarga Pak Roger tidak megizinkannya keluar rumah. Nora sering merasa kesepian bila ditinggal sendiri, dia tidak punya teman bermain. Untunglah akhir-akhir ini ada seekor kucing tetangga yang sering datang ke rumahnya dengan diam-diam.

Hanya ini yang bisa sedikit mengobati kesepiannya, dia suka sekali dengan kucing betina itu, warnanya putih dengan sedikit bauran hitam di wilayah leher. Kucing tetangga tersebut memiliki bulu yang lebat dan sangat bersih, seekor kucing yang sangat menarik hati. Tapi dia biasanya main dengan kucing tetangga itu bila pagi hari, sebab Netty tidak terlalu suka dengan kehadirannya, mungkin dia cemburu.

Bukan cuma Netty, Bu Rogerpun pernah memperingatinya untuk tidak terlalu dekat dengan kucing betina milik tetangga tersebut, jorok katanya, padahal Nora suka sekali dengan kucing itu. Sering dia mengajak kucing tersebut main kejar-kejaran dari kamar kekamar sampai mereka kelelahan setelah itu mereka akan terkapar terengah di atas sofa di ruang tamu dan kucing itu akan terbaring di pangkuannya dan mengelus-eluskan kepalanya di lengannya, dia begitu bahagia, maklum tidak ada teman lain kecuali kucing tersebut.

Sebenarnya, ingin sekali dia memperlihatkan keanehannya kepada kucing betina tetangga tersebut, bahwa dia cuma suka makan ikan dan tidak nasi atau sayur, namun niat itu diurungkannya. Bahkan dialah yang jadi penonton ketika kucing betina tetangga tersebut memperlihatkan keanehannya padanya dan dia mengaggap bahwa hal itu sesuatu yang begitu spektakuler.

Ternyata kucing tetangga itu mempunyai hobby berburu tikus dan setelah itu dijadikannya santapan yang begitu lezat. Pada awal melihat hal itu, dia merasa begitu jijik sehingga perutnya mual dan hampir muntah, namun lama-kelamaan, dia memaklumi hal tersebut dan menganggap kejadian itu sebagai sesuatu yang sangat hebat, dia belum pernah mendengar hal serupa. Maklum dia tidak pernah berhubungan dengan orang lain diluar keluarga Roger kecuali dengan kucing betina milik tetangga tersebut.

Bahkan kebiasaan kucing betina tetangga tersebut sampai menular kepadanya, tapi tidak sampai memakannya, hanya sampai pada anggapan bahwa bermain dengan tikus sebagai permainan yang begitu mengasyikkan. Mengetahui bahwa Nora suka bermain tikus, Netty pernah menawarkan untuk membelikan boneka sebagai gantinya, asal jangan tikus, tapi tawaran itu tak dihiraukannya.

Sebenarnya dia mau minta kepada Netty agar dibelikan seekor tikus putih, menurutnya, makhluk yang satu itu begitu manis dan imut-imut, dia pernah melihatnya sekali di televisi dan sejak itu dia punya obsesi untuk memelihara tikus putih, tapi dia malu menyampaikannya. Keinginan tersebut hanya disimpannya di dalam hati karena dia merasa tidak tahu dengan kalimat seperti apa dia mengungkapkannya dan dengan kata-kata model bagaimana dia mengatakannya.

Suatu hari, seperti hari-hari sebelumnya, ketika semua orang di rumah sudah pada berangkat, kucing betina tetanggapun sudah datang mengendap-endap dan masuk lewat jendela dapur. Hari itu ada sesuatu yang lain dengan kucing itu. Sejak datang dia lebih banyak diam, ketika Nora mengajaknya main kejar-kejaran atau berburu tikus, dia tidak beranjak sedikitpun, dia hanya menatap Nora lekat-lekat.

Tiba-tiba dia mendekati Nora lalu mengelus-eluskan kepalanya di lengan Nora. Ada apa? Nora bertanya padanya. Apa aku punya salah padamu? Kucing tetangga itu hanya diam dan mengalihkan pandangannya kearah jendela yang mengarah kehalaman. Apa? kau mengajakku main diluar? Mendengar pertanyaan Nora, mata kucing betina tetangga tersebut berbinar cerah lalu dia berlari dan dengan sebuah isyarat, mengajak Nora mengikutinya.

Ternyata, ketika tiba di halaman, kucing betina tetangga tersebut terus berlari menyeberang jalan raya dan berhenti menunggu Nora di seberang. Ketika Nora mengikutinya menyeberang, tiba-tiba dari arah samping meluncur sebuah truk dengan kecepatan tinggi. Nora yang sudah berjalan berusaha menarik langkahnya untuk menyelamatkan diri, namun naas baginya, pinggulnya sempat keserempet.

Tubuh Nora terhempas kembali masuk ke dalam halaman keluarga Roger. Dia tak sadarkan diri, entah berapa lama dia pingsan. Ketika tersadar, dia mendapati dirinya sudah berada di kamar Netty di atas tempat tidur yang selama ini mereka gunakan bersama. Samar-samar dia melihat semua anggota keluarga Roger mengelilinya dengan wajah harap-harap cemas.

Dengan mata yang bercucuran air mata Netty berguman lirih, jangan meninggalkan kami Nora, kami semua menyayangimu. Dia begitu terharu mendengar kata-kata Netty, tapi tenaganya sudah semakin payah, dia tidak mampu mengatakan apa-apa, dia merasa tidak tahu dengan kalimat seperti apa dia mengungkapkannya dan dengan kata-kata model bagaimana dia mengatakannya.

Ketika nafasnya mulai tersengal dan dirasanya bahwa maut sudah tidak mungkin terelakkan, dengan pandangan sayu, ditatapnya kembali lekat-lekat semua anggota keluarga Roger yang dicintainya, dia ingin menyampaikan ucapan terima kasihnya yang terakhir. Saat rohnya serasa sudah di tenggorokan, dia merasa butuh untuk mengucapkan salam perpisahan, terucaplah kata meong dengan suara bergetar.

Matilah Nora si kucing siam yang manis.

Cerpen ini terbit bersama beberapa cerpen lain dalam kumpulan Mata Itu Aku Kenal, LeutikaPrio, Yogyakarta, Januari 2012.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama