Empat Puisi Untuk Rohingya

#1
Kemarau dan Rumah-Rumah yang Terbakar

tak ada kemarau di Myo Thu Gyi[1]
alam basah oleh hujan air mata
dari mereka yang pergi
meninggalkan sanak yang meregang nyawa

sungai Naf[2] menjadi saksi
telapak kaki yang bernanah
dan lutut yang gemetar lelah

tak ada pilihan kembali
jalan pulang jadi kebun ranjau
kami, sekumpulan manusia terhalau

tak ada kemarau di sini
hanya nyala api yang marah
melumat rumah-rumah di Rathedaung dan Buthidaung[3]
pun perahu-perahu di Alel Than Kyaw, pesisir Maungdaw[4]

mentari pula enggan menyinari
amarah lebih memanggang hati
bercak darah di sekujur longyi[5]
membeku, didekap nestapa

setiap kami seharga sebutir peluru
semua dirampak dengan kobaran api
desa dan seisinya menjelma debu
kusaksikan dari lubang sembunyi


#2
Ibu, Jangan Biarkan Aku Ingkar

ibu, ulurkan tanganmu buat kugenggam
aku lelah terusir tersebab keyakinan
haruskah kita terus berlari hanya karena berbeda nama Tuhan
dan berlainan model peribadatan?

ibu, berikan bahumu untuk bersandar
kakiku letih melangkah demi tak ingkar
pandanganku pun telah nanar
menatap rumah-rumah di Gawdu Thar Ya[6], terbakar

jangan pernah kehilangan harapan, katamu
janji Tuhan tak pernah palsu

tapi bukankah kita dihalau dari Buthidaung[7] atas nama Tuhan?
maka kemana kuadukan ini kekalutan?

saudara seimanmu tentu tak diam dan terpaku
sambil kau tunjuk bagian-bagian peta yang kau tandai tinta hijau

namun aku teringat akan hadis wahn[8]
kita tak ubahnya buih di lautan

ibu, bawa aku besertamu
melintas jauh ke seberang waktu
agar tak sempat aku beranjak
mencampakkan nama-nama yang berulangkali kau lafazkan dalam doamu yang berarak


#3
Mohammed Shohayet[9]

jangan kau tanya deritaku
usah usut sansai yang mendera
hanya enam belas bulan usiaku
tak lama kucecap dunia
tak banyak yang bisa kurawikan

cukup kau cerna nelangsa abba[10]-ku
lelaki paruh baya yang kehilangan segenap sanak
saat aku bersama ibu dan adik lelakiku
diburu ibarat binatang ternak
lalu perahu kami terjengkang di Sungai Naf[11]

kala kupandang wajahnya, gambar keluargaku
rasanya lebih baik kususul mereka, hidupku padam
aku kehilangan alasan untuk tetap bertahan
masih adakah hidup dalam dunia yang tanpa harapan?

Zafor Alam dia punya nama
lelaki dengan mata seindah purnama
hatinya koyak tercabik pilu
jiwanya dibelasah haru
melihat diriku tersungkur, tertiarap

baju kuning lusuh membalut tubuhku kejur
mengering berbalur lumpur
mereka bilang aku sedang bersujud
bukan, bukan bersujud, aku tersujud
selut menahanku agar tak mengempar                              

namaku Mohammed Shohayet
kukisahkan ini bukan hendak kan simpati
hanya sebentuk ikatan bagi ingatan
bila kalian tak bersiap diri
sepanjang hayat pun akan mengguram


#4
Kala Rakhine Menjelma Neraka

ini bukan perkara benar dan salah
siapa yang hendak dibenarkan
pun siapa yang akan disalahkan
semua sisi tentu punya kisah

ini soal manusia yang kehilangan dirinya
kasihnya menjadi demikian terbatas
kebajikan baginya menjelma begitu sarhad
rahman dan rahim Tuhan terpenjara oleh serakah                           

padahal derita adalah bahasa semesta
dimengerti oleh setiap mereka yang punya jiwa
hanya yang bebal nan enggan peduli
mereka kehilangan kelembutan hati

kekerasan menjadi tingkah paling banal
dari mereka yang binal dan bengal
sekelompok manusia harus terusir ke timur Benggala[12]
karena dihidupi darah Bengali[13]

oh, dunia yang menjelma Gehenna[14]
layakkah dikau menghalau mereka dengan api
pantaskah dirimu menghardik mereka dengan salak senapan       

ataukah ini kebangkitan kembali Geheime[15]
di bawah komando Aung San Suu Kyi
perempuan berwajah tirus, penerima nobel perdamaian

ini memang bukan perkara benar atau salah
namun ketika sekelompok orang menjadi ulaaika kal an’am[16]
itu bukan lagi saat yang tepat untuk berdiam
kita mesti tahu di sisi mana harus berada





[1]     Myo Thu Gyi adalah desa di dekat pusat distrik Maungdaw
[2]     Sungai Naf adalah sungai yang membelah perbatasan antara Bangladesh dengan Myanmar
[3]     Rathedaung dan Buthidaung adalah nama distrik di Myanmar yang dihuni oleh populasi Rohingya
[4]     Alel Than Kyaw, nama desa di pesisir distrik Maungdaw
[5]     Longyi adalah kain tradisional Burma yang biasa digunakan oleh kaum perempuan
[6]     Gawdu Thar Ya adalah desa di dekat pusat distrik Maungdaw
[7]     Buthidaung adalah nama distrik di Myanmar yang dihuni oleh populasi Rohingya
[8]     Hadis wahn adalah hadis populer yang diriwayatkan oleh Abu Dawud yang menyebut bahwa umat Islam di akhir zaman tak ubahnya buih di lautan, banyak namun  tak solid.
[9]     Mohammed Shohayet adalah bocah Rohingya yang menjadi korban kekejaman militer Myanmar, meninggal pada tanggal 04 Desember 2016, diusia 16 bulan, saat perahu yang ditumpanginya untuk menyeberang ke Bangladesh tenggelam di sungai Naf. Shohayet meninggal bersama ibu, paman, dan seorang saudara lelakinya.
[10]  Abba adalah panggilan kepada orang tua lelaki. Banyak digunakan oleh komunitas muslim di seluruh dunia, diambil dari bahasa Arab: abu
[11]  Sungai Naf adalah sungai yang membelah perbatasan antara Bangladesh dengan Myanmar
[12]  Benggala Timur adalah bekas provinsi di Pakistan. Dibentuk setelah memisahkan diri dari India pada 15 Agustus 1947 s.d. 14 Oktober 1955. Memerdekakan diri dari Pakistan dan menjadi negara Bangladesh pada 26 Maret 1971.
[13]  Bengali adalah adalah komunitas etnis yang mendiami wilayah Benggala, baik Benggala Timur (Bangladesh) dan Benggala Barat (India). Etnis Rohingya yang mendiami negara bagian Rakhine dicap sebagai Bengali oleh Pemerintah Myanmar dan menjadi alasan dari berbaga tindakan kekerasan dan ketidakadilan yang dialami Rohingya.
[14]  Gehenna adalah istilah al Kitab untuk neraka, kata ini mengacu pada kubangan sampah di lembah Hen, di lembah itu terdapat api yang tak pernah padam, ulat dan belatung berkeliaran, hidup dalam kemakmuran.
[15]  Geheime, lengkapnya Geheime Staatspolizie adalah polisi rahasia Nazi Jerman yang terkenal kejam; disingkat Gestapo         
[16]  Ulaaika kal an’am berarti ibarat binatang ternak. Idiom ini mengacu ke al Quran surah al A’raf (7) ayat 179.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama