Membunuhi Nyamuk

[10.10.2009] Di tengah malam, La Capila terbangun dan mendapati gurunya I Mapesona duduk di teras rumah dan menangis terisak. Perlahan La Capila mendekat dan bertanya,
"Duhai guru yang penyayang, apa yang telah membuat air matamu mengalir?"

Tersentak kaget karena kehadiran muridnya yang tiba-tiba, I Mapesona tidak langsung menjawab, hanya tangisnya yang kian menyayat perasaan.
"Guru,apakah muridmu yang bengal ini telah berbuat salah? Katakanlah," La capila menjadi serba salah karena sikap gurunya tersebut.

"Ah, kau tidak salah anakku"
"Lalu kenapa guru menangis?"
Terdiam sejenak, sambil mengusap air mata dengan ujung lengan jubah hitamnya yang mulai kumal,I Mapesona bertutur,
"Aku menangis memikirkan bencana yang bertubi-tubi melanda negeri ini."

"Wah kalau itu, saya juga heran guru. Bukan hanya heran, saya merasa Tuhan begitu tidak adil."
"Hai apa yang kau katakan!" I Mapesona terkaget mendengar kalimat muridnya.

"Kenapa bencana itu juga menimpa orang-orang baik? Kalau hanya orang jahat, terserah Tuhan, tapi kalau orang baik juga menderita karenanya, lalu buat apa kita diperintahkan beramal?" Terang La Capila berapi-api.

I Mapesona tersenyum santun dan sangat dalam, mendengar ledakan-ledakan perasaan La Capila.
"Muridku, gurumu ini juga masih mereka-reka hikmah di balik peristiwa. Entah pesan apa yang ingin disampaikan Tuhan kepada kita --manusia, hambanya."
"Pokoknya Tuhan tidak adil!!!"

"Hehehehehe... mungkin saja begitu. Tapi untuk mencoba meresapi cara berfikir Tuhan, cobalah kau resapi suasana saat ini. Apakah kau merasakan gigitan-gigitan nyamuk?"
"Benar guru, banyak nyamuk yang menggigitku." Jawab La Capila.

"Terus apa yang kau lakukan dengan nyamuk-nyamuk itu?"
"Tentu saya akan berusaha menghalau, bahkan membunuhnya guru."
Mendengar itu, I Mapesona kembali tersenyum.

"Betul, engkau akan menghalau bahkan membunuhi nyamuk-nyamuk itu. Tapi apakah nyamuk yang kau bunuh itu hanyalah nyamuk-nyamuk yang menggigitimu?"
"Tentu semua nyamuk guru, bukan cuma yang menggigitiku" Spontan La Capila menimpali.

"Kenapa kau membunuhi semua nyamuk-nyamuk itu, sementara hanya sebahagian yang menggigitimu?" Tanya I Mapesona, lalu melanjutkan,
"Tidak usah kau menjawabnya, renungkan saja jawabanmu, sebab guru fikir, alasanmu membunuhi nyamuk-nyamuk itu tidak jauh beda dengan alasan kenapa bencana melanda tanpa pandang bulu".
La Capila terlongo mendengar kalimat terakhir gurunya.

Nah Loh....

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama