Orang Udik Tak Sadar Momentum

[11.12.2013] Mungkin aku ini tipe orang udik, kampungan, kurang bergaul, atau sebut saja tak sadar momentum. Betapa tidak, ketika sebagian orang disekitarku sibuk memposisikan hari ini –tanggal 11, bulan 12, tahun dua ribu 13, sebagai hari istimewa dengan berbagai cara, aku menyambut hari ini tak ubahnya dengan hari-hari yang lain.

Ada yang mengatakan bahwa hari ini adalah hari keberuntungan karena angka kalendernya berurut, 11-12-13. Pendapat ini diperkuat dengan berbagai macam ramalan hasil cenayang. Ada pula yang melaksanakan peristiwa bersejarah dalam hidupnya pada hari ini: melaksanakan pernikahan, melahirkan anak, membeli sesuatu, dan berbagai macam kegiatan yang lain.

Aku, yang lahir pada tanggal 11 Desember 1979, yang berarti bahwa pada tanggal 11 Desember 2013 hari ini, aku berulang tahun yang ke-34, tidak menganggap hari ini sangat istimewa sehingga harus diperlakukan spesial. Bahkan perayaan kecil atas hari ulang tahunku pun tak kulakukan sama sekali.

Semalam aku jalani seperti biasa, kesulitan tidur. Malam berlalu tanpa tidur panjang, aku memilih membaca beberapa buku untuk menuntaskan tugas kuliah yang menumpuk. Yang terasa aneh hanyalah betapa begitu banyak orang yang menunggu momentum 11-12-13 ini.

Sejak hari berganti dari 10-12-13 ke 11-12-13, dinding akun facebook, pesan di BBM, SMS dan akun twitter milikku, dikunjungi oleh begitu banyak pesan dengan isi yang hampir sama, mengucapkan selamat ulang tahun kepadaku. Rupanya begitulah rasanya ulang tahun, mendapatkan ucapan selamat, seuntai doa, dan tuntutan untuk ditraktir.

Padahal, aku tak memikirkan momentum 11-12-13 ini sebagai momentum yang luar biasa karena aku berulang tahun di tanggal itu. Aku lebih memikirkan bagaimana agar setumpuk tugas yang aku kerjakan bisa selesai, sehingga bisa aku serahkan kepada dosen tepat pada waktunya.

Aku sudah punya rencana untuk hari ini, yang tidak berhubungan dengan ulang tahunku sama sekali. Sampai dinihari aku mengerjakan tugas, paginya aku ikut kuliah, siangnya menghadiri pernikahan keluarga dekat, setelahnya, aku berencana menghadiri rapat kerja Pimpinan Majelis Daerah Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam Kabupaten Takalar.

Tapi apa daya, semua di tangan Tuhan. Begitu waktu tidurku semalam berkurang, fisikku bereaksi, badan terasa pegal, letih, dan lesu. Kuliah pagi tak sempat keburu, tugas-tugas masih menuntut untuk diselesaikan, akad nikah berlalu tanpa kehadiranku, dan raker Kahmi tak sempat kusambangi.

Maka hari ini, 11-12-13 aku jalani seperti biasanya ketika aku diserang clinomania akut, membolak-balik berbagai bacaan di tempat tidur, sesekali membalas ucapan selamat ulang tahun di akun facebook dan di BBM. Aku menjadi manusia udik, tak sadar betapa hari ini begitu menarik bagi sebagian orang.

Tadi aku sempat berfikir, jangan-jangan ada yang ingin membeli hari ulang tahunku hari ini, sebab tanggalnya adalah tanggal cantik, hokinya bagus, penuh keberuntungan, dan berbagai atribut istimewa lainnya. Tapi aku tak sempat melelangnya, aku memilih membiarkan hari ini berlalu begitu saja.

Tentu aku tetap menghargai bahwa hari ini aku genap berusia 34 tahun. Bahkan sambil membolak-balik badan di pembaringan, aku melontarkan beberapa tanya ke diri sendiri. Sudah berapa banyak yang aku perbuat untuk sesama dengan umur yang sudah setua itu? Sudah berapa besar pesan kebaikan yang aku sampaikan?

Semua tanya tak mampu aku jawab, bahkan membuat kerinduanku akan bau bantal guling, dan aroma kasur kian hangat merengkuhku. Aku menyembunyikan kepala di bawah selimut, bersembunyi dari dunia yang sudah sekian lama menghidupiku, dan aku tak mampu membalas kebaikannya meski cuma secuil.

Namun di sore hari, ketika pesan berantai di BBM berseliweran kesana-kemari membawa kabar bahwa hari ini adalah hari keberuntungan, ketika akun facebook kepunyaanku dibanjiri ucapan selamat ulang tahun dan beragam doa kebaikan atasku, aku terhenyak dan mengingat sesuatu yang menurutku lebih pantas untuk dikenang.

11 desember 1946, sebanyak 123 orang pasukan Korps Speciale Troepen (KST) Belanda di bawah pimpinan Kapten KNIL Reymond Paul Pierre Westerling, memulai pembantaian warga Sulawesi selatan di Desa Batua Makassar. Pembantaian yang berlangsung hingga 21 Februari 1947 diyakini menelan korban ribuan orang, bahkan peristiwa ini kemudian diperingati sebagai Hari Korban 40.000 Jiwa.

Ingatan ini membalik kesadaranku, bahwa yang udik sesungguh-sungguhnya udik bukanlah aku yang tidak mampu melihat betapa cantiknya tanggal hari ini. Yang lebih pantas disebut udik adalah mereka yang gagap dalam menerima informasi, dan gagal memilah mana informasi yang sehat, mana informasi sampah tanpa guna.

Juga termasuk dalam kategori udik adalah mereka yang amnesia terhadap sejarahnya, lupa terhadap masa lalunya, dan alpa akan spirit yang sepantasnya mereka warisi untuk membangun masa depan yang lebih baik. Siapa yang tak melupakan bahwa hari ini adalah Hari Korban 40.000 Jiwa, hanya mereka itulah yang tak udik hari ini.

Maka dengan kesadaran itu, kurenungi hari ulang tahunku dengan makna baru. Hari ini, 11-12-13 tidak menjadi istimewa karena tanggalnya cantik, dan berbagai ramalan yang dilekatkan padanya. 11-12-13 menjadi istimewa karena hari ini adalah hari pengorbanan, hari syahadah bagi ribuan orang Sulawesi Selatan demi menyaksikan kemerdekaan.

Dan akan menjadi lebih istimewa karena aku lahir pada tanggal itu. Tentu ini akan terwujud bila aku bisa menjadi seorang pribadi yang agung, pribadi yang dibangun atas semangat pengabdian pada sesama dan pengorbanan untuk kebaikan bersama. Salama’ki’...

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama