Berteduh di Lengkung Alismu

[03.08.2017] Alismu lengkung pelangi ganda yang berteduh di bawah tangkup jilbabmu. Sepasang pipi yang merona sepanjang hari, tirus, dengan guratan tipis di bilahnya, serupa tingkap menuju hatimu. Aku mengenalimu sebagai si pemilik hidung bangir, tak ada nama, apalagi alamat surat.

Ini sudah hari ketiga kita bersua, perjumpaan sederhana saja. Sebab meski kita makan di ruang yang sama, duduk di barisan kursi yang sejajar, kita belum pernah sekalipun saling bertukar kata dan bersalin cerita. Kita baru sempat saling melempar senyum, tiga kali, sekali sehari.

Ada hasrat ingin menyapa, tapi segan lebih meraja. Akankah ada balas sesuai harap? Tanya, tinggal menggema di rongga dada. Cukuplah rasa, ditawar dengan hasil tangkapan mata. Mengintip lengkung alismu yang menaungi mata bening seumpama telaga jernih.

Di ujung kesadaran yang didera kantuk berat, coba kuingat lengkung alismu untuk menghalau jebakan tidur. Gambar dua orang petinggi negeri yang terpampang di dinding depan ruang tempat kita duduk bersama menerima celoteh perihal kebijakan publik, seakan menertawai kebodohanku yang hanya berani menghayalkanmu.

Kadang muncul dorongan untuk mengambil gambar wajahmu secara diam-diam, agar imajiku tak harus letih membayangkan romanmu yang menurutku kemayu. Namun apa daya, aku khawatir tindakanku bisa menjebak kita pada suasana yang rikuh.

Maka kupilih bersetia pada kesabaran, bersikukuh menjaga muruah diri dan memendam segala hasrat aneh terhadapmu pada relung terdalam hatiku. Bersemayamlah di sana, betahlah, jadilah penghuni abadi. Cukuplah kita saling menyusur sulur menuju akar di mana kita satu dan menyatu, sebagai bukan siapa-siapa.

2 Komentar

  1. siapakah gerangan dirinya kk ?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah, biarlah dia menjadi penghuni rahasia terdalam di ceruk jiwaku, ndi'...

      hahaha....

      Hapus
Lebih baru Lebih lama