19. Marxisme dan Kedermawanan

Salah satu tema pokok perdebatan dalam teori ilmu sosial adalah soal mana yang betul: kesadaran yang mengkreasi realita, atau realitas yang membentuk kesadaran.

Sebagian besar pemikir sosial yang lahir dan mengemukakan pikirannya perihal tema ini, sejak zaman baheula hingga era Hegel -bahkan hingga era kontemporer, meyakini bahwa kesadaranlah yang menentukan jalannya realitas.

Keyakinan sedemikian berkelindan dengan penempatan manusia yang merupakan subyek berkesadaran pada posisi sebagai poros utama eksistensi.

Barulah sejak munculnya Karl Marx, seorang Hegelian yang membelot, membuat jagat teori sosial menjadi riuh. Baginya, realitas yang membentuk kesadaran, bukan sebaliknya.

Dalam perspektif demikian, ada sepenggal pertanyaan pintas yang mampu menjadi wasilah untuk memahami hal ini.

Ada tiga situasi: 1. Anda lagi punya banyak uang; 2. Anda tak punya uang sama sekali. 3. Dalam dua situasi berbeda tersebut, anda bertemu dengan seorang pengemis yang mengiba ingin dibantu.

Pertanyaannya: pada posisi mana anda akan merasa lebih tulus ingin membantu dan memenuhi permintaan si pengemis? Saat anda punya banyak uang, atau sebaliknya?

Situasi manapun yang anda pilih, sepanjang ada perbedaan level ketulusan pada dua situasi yang berbeda tersebut, maka teori yang dikemukakan oleh kaum Marxian, terbukti betul.

Biasanya, saat kita tak punya duit, bertemu dengan orang lain yang menderita karena kekurangan, kita cenderung lebih mudah berempati dan bersimpati.

Pada situasi sedemikian, kadang bahkan kita akan berujar, "Seandainya saya punya banyak yang, tentu akan kubantu orang ini dengan sebanyak-banyaknya bantuan."

Namun saat kita punya banyak uang, kita cenderung bersikap sebaliknya. Bukannya membantu, malah sikap mencemooh yang mengemuka, terutama bila melihat bila secara fisik mereka mampu.

"Bugar begitu, kok meminta-minta, enak saja! Harusnya mereka itu bekerja!" Begitu kadang-kadang kita berseru pada mereka, sambil menyerahkan recehan dengan enggan.

Lihatlah, betapa berapa banyak uang di kantong kita, sangat mempengaruhi level kedermawanan dan semangat untuk membantu. Bukankah ini bermakna bahwa pendakuan kaum Marxis ada benarnya?

Ilustrasi dari telesurtv.net

19 Ramadan 1439 H / 3 Juni 2018

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama