Perihal Rindu

[14.08.2018] Rindu memang elusif. Tak lebih misterius dari jiwa yang dia hinggapi. Kadang dia datang menyergap hati yang dililit sepi. Pun menghampiri mereka yang dibekap ingar dan riuh.

Tak peduli, apakah anda berusaha mengundang datangnya dengan untaian nada-nada romantik, atau jalinan kata-kata puitis. Dia akan bertandang ke hati yang dia pilih. Sesukanya.

Meski dia didaku sebagai sosok khayali, rindu adalah hal yang lumrah bagi keseharian manusia, sedangkal apapun imajinya. Menariknya lagi, meski berulang, tak ada yang klise di sana.

Memang, mungkin kita akan mengungkapkan rindu dengan cara yang rada sebangun. Tapi citarasa yang kita cecap tetap akan beda pada setiap diri dan pribadi.

Maka sepatutnya tak payah kita mencari-cari cara menyiah gelebah yang berjebah di ceruk kalbu itu, hanya untuk menunjukkan bahwa kita sedang mengecupnya.

Cukup nikmati ia dengan sukacita atau galaba, tak usah banyak cakap dan bercuap. Ia tak butuh embaran apalagi manifesto.

Duduk manis di cafe, nikmati musiknya, sesap kopinya, biarkan ia bekerja mengaduk-aduk danau hatimu!

Atau kalau itu tak cukup menurutmu, dan merasa perlu menegaskan bahwa dirimu rindu, silakan ungkapkan dengan lantang, membahana.

Gaungkan ke seantero negeri, siarkan ke semua pelosok, suarkan ke petala langit, berteriaklah dengan lantang: Aku rindu!

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama