Ramadan 6 Luruskan Saf, Rapatkan Sajadah

Bila kita sering berjamaah di masjid, tentu kita tak lagi asing dengan aba - aba, "Luruskan saf dan rapatkan barisan", bahkan pada beberapa masjid, seruan itu maaih bersambung, "Sesungguhnya lurus dan rapatnya saf adalah bagian dari kesempurnaan salat berjamaah."

Mengenai seruan ini, seorang kawan, bila kami memintanya menjadi imam, akan menambahkan kata - kata yang dia sesuaikan dengan realitas generasi milenial. Berikut kalimatnya: "Gulung celana dan matikan hape!"  Dia menganggap masalah celana dan masalah hape jamaah harus diatur saat akan salat berjamaah.

Mengapa masalah celana harus diatur? Menurutnya, hari ini kaum muslimin sudah jauh dari cara berpakaian nabi, terutama dalam hal memanjangkan kain hingga ke bawah mata kaki. "Nabi itu, pakaiannya cingkrang, di atas mata kaki, dan beliau menganjurkan agar kita sebagai umatnya melaksanakan sunah tersebut."

Sementara perihal hape, mengapa ini perlu diingatkan, tentu agar kita terhindar dari gangguan nada dering atau getarnya. Apalagi, fenomena ini memang mengherankan, sudah jelas orang ke masjid untuk beribadah, mengapa pula membawa atau mengaktifkan hape? 

Kalau kita jeli, kita bisa belajar dari para pemain bola profesional. Mengapa mereka tidak membawa hape ketika masuk lapangan hijau saat mau berlatih atau bertanding? Apakah mereka tidak punya hape canggih? Tentu saja punya. Mereka tak membawanya ke dalam lapangan karena mereka ingin fokus dan total dalam permainan.

Lalu mengapa sebagian kita tetap saja asyik dengan hapenya saat ingin bertemu dan beribadah kepada Allah? Bagaimana bisa kita mengaku fokus dan mencapau derajat khusyuk, namun tetap menenteng dan mengaktifkan hape saat memasuki masjid? Bahkan untuk me-non aktifkan-nya saja begitu susah?

Kembali ke soal aba - aba "Luruskan saf dan rapatkan barisan" di bulan ramadan ini, menjadi problem tersendiri, terutama pada soal merapatkan barisan. Tahukah? Para jamaah, terutama yang baru muncul batang hidungnya di masjid selama ramadan, datang dengan membawa sajadah yang super lebar.

Ini juga fenomena menarik nan mengherankan, seperti soal hape tadi. Buat apa kiranya membawa sajadah tebal, lebar nan wangi? Padahal masjid sudah menyediakan karpet salat yang tidak kalah tebal dan wanginya? Maka jadilah, karpet masjid yang tebal, dilapisi dengan sajadah tebal pula, tak jauh beda dari kasur nan empuk. Ini mau salat atau tidur nyenyak?

Problem lain soal sajadah ini adalah, karena ukuran sajadah yang super lebar, jadinya kita tak bisa memenuhi sunnah untuk merapatkan saf, yang terjadi adalah merapatkan sajadah dan saf tetap saja jarang - jarang. Setiap orang seperti enggan menginjak sajadah orang lain, dan memilih berdirih dengan gagah di atas sajadah masing - masing.

Nampaknya, aba - aba yang menarik untuk diucapkan oleh seorang imam di hari - hari ramadan ini adalah, "Luruskan saf, rapatkan barisan, lipat sajadah, gulung celana, dan matikan hape." Bahkan di hari -hari mendatang, jumlah anjuran dan larangan dalam aba - aba jelang takbir al ihram itu akan bertambah seiring makin kompleksnya gaya umat yang menjenguk masjid.


Makassar, 06 ramadan 1440

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama