Ramadan 3 Pemalsuan Yang Dilegalkan

[08.05.2019] Dunia hari ini penuh kepalsuan, terutama di masa - masa pemilihan umum. Begitu banyak tampilan - tampilan palsu yang disajikan oleh para kontestan. Bahkan, tak sedikit kita temukan para pendukung dan simpatisan palsu yang hadir dalam kampanye hanya karena uang bensin dan nasi kotak.

Namun yang paling parah adalah karena seluruh semesta kita juga lalu dipenuhi dengan informasi - informasi palsu. Informasi yang tenar dengan istilah hoax. Media sosial penuh dengan seliweran informasi - informasi palsu, yang pada gilirannya membentuk keyakinan - keyakinan, juga kesadaran - kesadaran palsu.

Meski kita semua bersepakat bahwa kepalsuan adalah hal yang tak terpuji, tapi sepertinya ada sejumlah orang di sekitar kita yang menikmati, bahkan menjadi pihak yang bertanggungjawab terhadap produksi dan beredarnya kepalsuan - kepalsuan itu.

Saking melimpahnya kepalsuan, sampai - sampai banyak pihak yang lalu dilaporkan ke pihak berwajib karena tuduhan menyebarkan informasi palsu. Tak tanggung - tanggung, pemerintah melalui Menkopolhukam, telah membentuk tim khusus yang bertugas untuk memantau ucapan atau pernyataan dari para tokoh, apakah mereka menyebarkan hoax atau tidak.

Dalam konteks ramadan, bulan ini merupakan momentum bagi umat Islam untuk mengikis berbagai macam kepalsuan, terutama kepalsuan iman, keyakinan yang dibangun berbasus informasi hoax, serta berbagai citra semu perihal keberimanan. 

Mengapa demikian? Sebab ramadan berangkat dari makna romdon, sebuah kata yang berarti pembakaran. Maka ramadan menjadi ruang penempaan untuk memgikis segala yang palsu dan memunculkan kembali yang asli, yang selama ini tertimbun oleh berbagai kepalsuan dan citra semu. 

Tapi menariknya, di tengah melimpahnya kepalsuan yang lalu disusul dengan menguatnya hasrat publik untuk melawan berbagai kepalsuan yang beredar, sesungguhnya ada sebuah bentuk kepalsuaan yang dilegalkan, bahkan dipraktikkan secara profesional.

Kepalsuan apakah itu? Penggunaan gigi palsu. Mengganti gigi asli yang sudah keropos dengan satu set gigi palsu yang kinclong dan fungsional seperti gigi yang asli, bahkan terkadang lebih teratur dan rapi. Bahkan saking terkenalnya, ada sebuah teka - teki terkait dengan gigi palsu ini.

Pertanyaannya begini: Orang menyikat gigi sambil bersiul, siapakah dia? Tentu hanya orang yang begigi palsu yang bisa menyikat giginya dan pada saat yang sama bersiul - siul. Mengapa demikian? Sebab gigi palsu hanya bisa disikat dengan baik apabila dilepaskan dari mulut, sehingga orangnya bisa bersiul - siul meski sedang menggosok gigi.

Bukan hanya teka - teki, perihal gigi palsu ini pun punya cerita lucu. Kisahnya begini.
Suatu pagi, seorang aki - aki mendatangi sebuah bengkel gigi di kotanya, di Sulawesi Selatan, tempat untuk memasang gigi palsu memang dikenal dengan nama bengkel gigi. Penyedia jasanya pun bukan seorang dokter gigi, melainkan seorang tukang gigi.

Singkat cerita, si aki - aki meminta agar semu giginya yang mulai ompong, dicabut dan diganti dengan gigi palsu. Berhubung tinggal dua biji giginya tersisa, maka pekerjaan si tukang gigi menjadi lebih ringan, maka begitu waktu memasuki siang, pekerjaan memasang gigi palsu bagi si aki - aki sudah selesai.

"Wah, terima kasih. Jadi, berapa saya harus bayar ini?" Tanya si aki - aki.
"Untuk pemasangan gigi palsu satu set, biayanya empat ratus lima puluh ribu rupiah, Pak." Jawab si tukang gigi.
"Kalau biaya cabut giginya tadi?" Si aki - aki menunjuk dua biji gigi aslinya yang berwarna kuning tergeletak di atas nampan.
"Untuk itu, saya beri gratis, Pak." Si tukang gigi tersenyum.

"Berarti empat juta ya? Ini, silakan dihitung dulu." Si aki - aki menyerahkan segepok uang dalam kantong plastik hitam.
Si tukang gigi menerima kantongan itu lalu mengeluarkan isinya, lalu menghitungnya.
"Bagaimana, cukup?" Si aki - aki sudah bersiap beranjak.
"Alhamdulillah, cukup, Pak. Terima kasih." Ujar si tukang gigi sambil berdiri dan menjabat tangan si aki - aki.

"Kalau begitu, saya permisi. Assalamu alaikum." Si aki - aki berjalan menuju pintu bengkel. Tapi sebelum si aki - aki menjangkau gagang pintu, si tukang gigi tiba - tiba berteriak tertahan.
"Pak, tunggu! Kenapa bapak membayar memakai uang palsu?" Si tukang gigi berdiri dan mengangsurkan segepok uang ke arah muka si aki - aki.

Bukannya menyambut uang palsunya, si aki - aki malah balas menatap tajam ke arah si tukang gigi, dia lalu menunjuk ke arah mulutnya.
"Yang kau pasang di mulutku ini, apa?" Tanya si aki - aki, garang.
"Gigi palsu." Jawab si tukang gigi dengan jengkel.
"Nah, kau beri saya gigi palsu, lalu kau minta dibayar dengan uang asli? Kau mau menipu saya ya!?" Bentak si aki - aki. Mendengar itu, si tukang gigi terduduk di lantai dengan tatapan nanar.

Lihatlah, betapa gigi palsu, sebentuk kepalsuan yang dilegalkan itu, mampu membuat geger bahkan jauh lebih menghebohkan daripada informasi soal C1 palsu di ajang pemilihan umum. Semoga ramadan ini bisa menjadi sarana bagi kita semua untuk menghadapi berbagai kepalsuan dengan santai, seperti menghadapi gigi palsu.


Makassar, 03 ramadan 1440 H

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama