Resensi: Camilan Renyah ala Aidir

[03.07.2017] Bagi pembaca setia Harian Fajar (Makassar), tentu nama Aidir Amin Daud sudah tak asing. Bersama Abun Sanda dan Hamid Awaluddin, Aidir Amin Daud  menjadi pewarta media ini sejak masih bermodalkan mesin ketik manual.

Sekarang, berkat ketelatenan dalam karir berbasis latar belakang pendidikannya di bidang hukum, mengantarkan pria kelahiran Makassar 11 November 1958 ini menduduki kursi Direktur Jenderal Administrasi Hukum Umum Kementerian Hukum dan HAM RI.

Meski disibukkan rutinitas kantoran sebagai pejabat publik, Aidir tak bisa meninggalkan sepenuhnya dunia pengolahan kata-kata. Buktinya, pada Februari 2017, melalui penerbit BACA, Aidir menyapa penggemar tulisan-tulisannya melalui sepilihan tulisan dengan label Dari Praha Sampai Mekah.

Buku setebal 227 halaman tersebut berisi 51 judul tulisan ringkas dengan beragam tema dan perspektif. Manariknya, 24 judul di antaranya menjadikan perspektif sebuah film dalam mengulas tema tulisan, entah itu perihal terorisme, toleransi, atau politik.

Seperti saat mengulik wacana terorisme, Aidir berkaca pada film Eye in the Sky (h.61) dalam tulisan berjudul sama, pun pada London Has Fallen dalam artikel Jatuhnya London (h.78), atau The 5th Wave pada artikel Teror (h.103), juga pada serial James Bond: Spectre (h.135).

Kelihaian Aidir menggunakan kacamata film dalam membahas sebuah tema juga nampak pada artikel berjudul Harun (h.203). Film Sang Kiyai menjadi pintu masuk bagi Aidir untuk mengulik perihal permintaan NU agar 30 Oktober --yang terkait dengan tokoh Harun, ditetapkan sebagai Hari Santri.

Selain kelihaian membaca tontonan melalui buku ini, Aidir juga membuktikan dirinya sebagai seorang intelektual yang berpikir bebas. Dalam judul Kakbah (h.126-128), Aidir dengan berani mengutip buku Al-Hajj dari Dr Ali Syariati, seorang intelektual muslim bermazhab syiah, salah satu mazhab Islam yang dipandang kontroversial di Indonesia.

Bagi para penikmat esai, pustaka ini adalah salah satu judul yang pantas untuk menjadi pilihan mengisi perpustakaan. Ramuan kata yang diracik sedemikian elok, memaparkan banyak hikmah tanpa kesan menggurui, digaransi oleh latar belakang jurnalis sang penulis.

Oh ya, sebagai pemantik penasaran, apakah pembaca pernah ke Soppeng? Salah satu kabupaten di jantung Sulawesi Selatan adalah daerah agraris yang terkenal dengan kehadiran ribuan kelelawar di jantung kota sepanjang tahun. Namun, daerah ini malah menjadikan cakelle (kakatua) sebagai lambang daerah (h.12-15). Anda penasaran mengapa demikian?

Atau apa hubungan antara gerakan pemberantasan korupsi di Indonesia melalui Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dengan film yang mengulik satu sisi terbunuhnya Abraham Lincoln di bawah judul 'The Conspirator'? Aidir memaparnya dengn cantik di buku ini. Selamat membaca.

IDENTITAS BUKU
Judul               : Dari Praha Sampai Mekah: Sepilihan Tulisan
Penulis           : Aidir Amin Daud
Penerbit          : BACA, Februari 2017
Tebal              : 227 halaman

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama