Lorong Wisata Atau Parkiran Terpanjang Di Dunia


Siapa yang tak mengenal Pantai Losari di Makassar. Bertahun-tahun silam, pantai yang pernah dikenal sebagai restoran terpanjang di dunia ini menjadi ikon dan merupakan etalase kota Makassar, tempat kita berjumpa dengan wajah Makassar. Di sana, warga Makassar mempertemukan beragam hal, mulai dari sekadar berlibur bersama keluarga, atau menjadi tempat para pemuda mengungkapkan perasaan pada gadis incaran.

Ibarat kata, tak afdal menjejakkan kaki di Makassar bila tak menikmati matahari tenggelam, sepotong dua potong hidangan pisang epe, pisang ijo, atau menyeruput seteguk dua teguk sarabba, semacam wedang jahe khas Makassar. Berkunjung ke Makassar, hampir selalu bermakna mampir di Pantai Losari.

Sepanjang tanggul yang membujur dari selatan ke utara sepanjang sekira 950 meter, senantiasa berubah berfungsi menjadi tempat duduk bagi pengunjung yang ingin menikmati matahari tenggelam di sore hari. Sekaligus menjadi bangku bagi pedagang-pedagang gerobak yang menawarkan jajanan khas jalanan Makassar.

Namun seiring berjalannya waktu, pasca reklamasi, Pantai Losari yang merupakan ruang publik, beralih fungsi dari ruang memanjakan lidah, menjadi panggung tempat menggelar beragam kegiatan kebudayaan avant-garde yang menarik wisatawan milenial untuk merubung.


Ikhtiar Membangun Dari Lorong

Makassar yang selama ini dikenal sebagai kota pantai, secara cepat bermetamorfosis menjadi kota lorong. Di bawah kepemimpinan Mohammad Ramdhan Pomanto, Makassar dibangun dari lorong. Sebab bagi Walikota yang lebih karib disapa Danny Pomanto ini, lorong merupakan sebuah sel inti dari pembangunan Kota Makassar, pembangunan yang tak menghiraukan lorong hanya membangun kulit Makassar.

Tak tanggung-tanggung, di lima tahun kepemimpinannya, Danny menargetkan akan menyulap lorong-lorong di Kota Makassar yang jumlahnya sekira lima ribuan menjadi destinasi wisata, lorong wisata. Optimisme Danny dilambari oleh pengalamannya menjalankan berbagai program berbasis lorong, seperti lorong tidak rantasa’ (jorok), lorong garden, dan lorong sehat.

Lorong wisata bermakna, lorong ditata secara estetik, dipercantik, dan tak kalah penting, instagramable. Hal ini menarik warga, dan juga wisatawan untuk mengunjungi lorong. Lalu dibarengi dengan diberikannya peluang bagi UMKM untuk berjualan, terutama penganan khas Makassar secara spesifik, sehingga setiap lorong punya penganan spesial.

Pengalamannya membawa Makassar menjadi juara pemerintahan yang inovatif lewat program yang berbasis di lorong, memompa semangat Danny untuk mewujudkan impiannya, masyarakat sejahtera berbasis lorong. Selain itu, ekosistem lorong didesain sedemikian rupa sehingga menjadi medium edukasi kesejahteraan dan kewirausahaan dengan menanamkan mental mandiri bagi warga lorong.

Medio 2022, Danny dan jajarannya berani menyebut bahwa lorong wisata telah implementatif di kisaran seribuan lorong di Makassar. Ini angka yang menggembirakan secara statistik. Tapi entah bagi warga. Sebab faktanya, meski beberapa lorong yang sudah dicat warna-warni, dihiasi penerang yang adiwarna pula, serta beragam bebungaan, dan ditulisi lorong wisata, tapi ekosistem kesejahteraan belum nampak di sana. Warga lorong masih sibuk dengan urusan masing-masing, belum menjadi komunitas solid yang produktif.

 

Parkiran Terpanjang Di Dunia

Salah satu layanan dasar yang masih ‘gagal’ disodorkan oleh program pemberdayaan lorong Danny adalah ketersediaan trotoar atau jalur pejalan kaki yang layak bagi warga. Memang bisa saja keluar dalih bahwa sejatinya, lorong adalah jalur pejalan kaki, tapi faktanya, tak jarang warga lorong yang punya kendaraan bermotor, baik roda dua maupun roda empat, bahkan jumlahnya lebih dari satu. Dan merekalah yang seringkali mengokupasi lorong.

Cobalah melintas di lorong-lorong Makassar, hatta lorong wisata sekalipun. Bukannya kios UMKM, dan gerai produksi rumah tangga yang menjamur, melainkan kendaraan bermotor yang terparkir semrawut dan seperti tak peduli dengan ruang bagi warga yang hendak melintas. Bukan hanya terparkir sejam dua jam karena datang bertamu ke penghuni lorong, tapi sepanjang waktu. Lorong malah seperti kawasan parkiran elite, sebab dinding, bahkan telah dipoles sehingga instagramable.

Sebetulnya, perkara ketersediaan trotoar dan jalur pejalan kaki yang memadai di Makassar, tak hanya menyeruak di lorong-lorong, bahkan di jalan protokol pun, mereka yang menyukai jalan kaki, harus gigit jari. Mereka adalah warga yang paling dianaktirikan di jalan raya, bahkan termasuk di lorong, tempat di mana mereka seharusnya menjadi penguasa.

Lorong-lorong di Makassar menjelma menjadi parkiran. Bila Pantai Losari, dulu terkenal sebagai restoran terpanjang di dunia, maka hari ini, Makassar punya ikon baru. Lorong-lorong di Makassar menjelma menjadi parkiran terpanjang di dunia. Terkadang, bila seseorang mengendarai sepeda motor dan melintas di lorong-lorong Makassar, maka mereka akan berkendara seperti seorang pembalap, meliuk-liuk.

Patut diduga, padatnya lorong-lorong menjadi parkiran, mengindikasikan bahwa program lorong wisata sudah berhasil mewujudkan kesejahteraan warga sehingga mereka bisa membeli kendaraan, baik itu roda dua maupun roda empat. Sebab bila tidak, tentu ini menunjukkan bahwa Makassar memerlukan kebijakan baru terkait kepemilikan kendaraan dan perparkiran yang lebih tegas.

 

Badan Usaha Lorong?

Hal lain yang menjadikan lorong-lorong di Makassar menjadi padat adalah menjamurnya toko grosir dan gudang distribusinya yang bertempat bukan hanya di dalam kota, melainkan di dalam lorong. Bisa anda bayangkan bila gudang beras melakukan bongkar muat, maka yang terparkir di lorong depan toko adalah mobil truk sepuluh roda.

Saat menyaksikan itu, sebait tanya mengemuka, apakah ini merupakan usaha yang dikelola oleh UMKM? Boleh jadi. Mungkin saja itu dikelola oleh Badan Usaha Lorong, salah satu program pembangunan Danny yang berbasis lorong dan terintegrasi dengan lorong wisata. Tapi selidik punya selidik, di plang usahanya menunjukkan bila gudang perkulakan itu merupakan usaha pribadi. Sungguh tragis bukan?

Mari selamatkan lorong!

Tayang juga di: MakassarBicara.Id 

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama